Hikayat Peri Burung Pipit
/22.00/
Burung pipit berteduh di bawah kamboja
Matanya picing melihat mayat-mayat menari
Bahagia nun di sana jauhnya.
Ada suatu malam di mana gelap dibuatnya
Sangsi oleh do’a seorang remaja kepada purnama:
Bulan, benderangkanlah sulur mimpinya
Kamarnya remang, bagaimana jika mimpinya
Membentur tiang-tiang di rumahnya sendiri
Hingga gagal ia bertemu mimpiku, yang seanggun bidadari
/00.30/
Hihihi…
Burung pipit geli (setengah mati)
Malaikat nungging di dini pagi
Menuruni embun sewangi bayi
Remaja insomnia itu, berkali meremas jam. Berkali pula
melonjak jantungnya. Ingin menuju bintang: bintang pagi!
Bintang yang tak pernah kubayangkan
Berbentuk segitiga lima sudut
Sebagaimana digambar banyak orang
Tapi berbentuk hati yang digambar pasangan sejati
/02.30/
Burung pipit meninggi
Ada janji yang akan mengekalkan birahinya
Sebelum malam dikhianati kokok ayam.
Malam hampir bening. Dan remaja itu baru saja terlelap.
Tepat ketika burung pipit hinggap di jendela rumahnya.
Tapi malang, baru saja peri menetas dari mimpinya.
Burung pipit lari meninggi kembali.
Bertengger di atap
Menunggu waktu sekarat...
(Sampang, 2009)
Komentar