Langsung ke konten utama

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)



MISA SEPANJANG HARI

setelah letih merentang perjalanan, kita sampai
di perempatan sejarah. menghitung masasilam
dan merekareka masadatang. segala yang telah
kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan
dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan
doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau
kembali pulang.

katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis
dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu
menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani
taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan.
tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang.
di antara mazmur dan suara anggur dituangkan.
di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan
sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu.

ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat
si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri.
pejalan beriringan di antara gang dan musim yang
tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah
jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang
lupa kukemasi.

1992


IBADAH SEPAROH USIA

kalimatkalimat yang kauucapkan
berguguran dalam shadatku. inilah
kidung yang digumamkan!

berapa putaran dalam sembahyang langit.
tengadah di bawah hujan yang menaburkan
ayatayat tak pernah dibaca.

aku tak menemu akhir sembahyangku
yang gagap. lilinlilin tak menyala
dalam ruangan tanpa cahaya. gema mazmur
yang disenandungkan dari ruang mimpimu
beterbangan dalam tidurgelisahku. dan
kotbah yang sayup, bertebaran dari
mulutmulut kesunyian.

telah kautabuh loncengmu? sembahyangku
takjuga menemu akhir.

1992


TAMAN YANG SUNYI

aku sudah amat letih memandangi gaunMu di atas bangku
taman itu. berkalikali kuketuk pintu taman, Kau tak
membukakannya. sehingga bungabunga mekar tetap merunduk
dan daundaun kering pada rerumputan tetap berserak.
membiarkan kesendirianMu. aku bagai gambar diam pada
dinding, Kaubiarkan hampir terlepas.

berkalikali aku mengetuknya. Kau hanya membiarkan gaun
itu menempuruk, tak terpakai (hanya tanda bahwa Kau ada).
tak hentihenti aku mengetuknya, biarpun akhirnya gaun
itu pun tinggal bayangbayang. begitu terjaga, dan Kau
mendekat padaku, mendekat pada gambar yang hampir
terlepas itu, aku tibatiba menjelma sebuah kehidupan:
yang berkalikali mengetuk pintu dan berusaha senantiasa
menjamahMu

Jogya, 1989


AYAT AYAT YANG TAK TERSELESAIKAN

jarak antara aku denganMu hanya sutera tipis yang tak
tertembus. ayatayat yang tak terselesaikan untuk sampai
kepadaMu, menembusnya bertahun usia, berlintas matahari.
senantiasa terpenggal amin ya, Tuhan. dan kita
tibatiba merasa tak perlu menghapus jarak itu. sampai
rindu tak putusputus mencariMu dalam kitabkitab berdebu.
dan tanganMu menyentuh batinku yang sunyi.
aku mengenalMu yang berselimut abadabad yang panjang.
sebab kehidupan masih terus bergerak. aku mengenalMu
yang sendirian dalam gambar lautan. sendirian pada sampan
yang karam. berjalan di atas laut, tenang kepadaku.
seperti ombak yang pecah pada karang. mengelus batin
yang mengeras dalam kebisuan dendam. jarak antara aku
denganMu hanya karang – aku bertapa di dalamnya – dan
gemuruh suaraMu selalu sampai kepadaku. sehingga, aku
hanya ingin amin setelah baitbait doa selesai kuucapkan.

Jogya, 1989

MEREKA MEMBANGUN SUNGAI

mereka membangun sungai pada kepalanya, kata
seseorang. agar hanyut kalimatkalimat dalam
fikirannya menuju bendunganbendungan yang ditunggui
orangorang kosong. untuk memperebutkan rumusrumus
dan kesimpulan yang mengasingkannya dari kemanusiaan,
kata yang lain. agar tercipta makhlukmakhluk baru yang
pongah dengan hurufhuruf dan angkaangka membungkus
hatinurani. sehingga bumi yang purba membangun
kepompongnya pada kanvas sunyi, kata seseorang.

agar orangorang meninggalkan arti debu, kata yang lain.
agar orangorang meninggalkan arti hujan dan matahari.
agar orangorang tak paham bunyi angin. agar orangorang
tak mengerti kicau burung. agar orangorang tak tahu
kediaman batu. agar orangorang …

mereka membangun sungai, membangun
bendunganbendungan,
membangun orangorang kosong, muara, air, dan kebisuan
suarahalus dari mulutmulutnya, kata seseorang yang
menamakan dirinya nabi. orangorang telah meninggalkan
kefanaan, desahnya.

mereka membangun sungai dalam fikirannya. dalam
hatinuraninya. agar orangorang tak paham kediaman
ayatayat yang tak terbaca. agar orangorang …


DOA TAK HENTI

kuinginkan lautan sunyi dalam hatiku, agar
aku nikmati gelombang dan katakbergemingan
batukarang. agar aku nikmati getaran bianglala dan
sengatan musim matahari. kuinginkan ombak, badai, dan
kebuasan ikanikan raksasa. seorang nelayan: kecil dan
jelata! kuinginkan cakrawala tak bertepi –musim panen
tak hentihenti.

kuinginkan perahuperahu terambing ombak. agar aku
nikmati kecemasan nelayan. kuinginkan lautan luas tak
bertepi. agar tak sampai kuucapkan amin, sampai habis
kurajutkan robek sampan. kuinginkan....

1992

Dorothea Rosa Herliany lahir 20 Oktober 1963. Sudah menerbitkan 21 judul buku, Pernah menerima penghargaan seni dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI, Khatulistiwa Literary Award, Pusat Bahasa dll. Sering mewakili Indonesia dalam acara sastra di luar negri. Terakhir, tahun 2009 mengikuti festival puisi di Dubai, UEA (Maret), dan menerima stipendium (beasiswa) untuk tinggal di Jerman selama 4 bulan (April-Juli).
Bukunya terbaru: schenk mir alles, was die Männer nicht besitzen. doch schenk mir nicht das Himmelreich / Beri Aku Semua Yang Dibutuhkan Lelaki, Tapi Bukan Surga (buku puisi 2 bahasa, Indonesia-Jerman, multi media dengan CD ROOM). penerbit Ulme Verlaag. Germany, Agustus 2009. Buku puisi terbarunya sedang proses terbit: Tambur Methamorf.

Komentar

andi bahtiar mengatakan…
kesusastraan indonesia seakan semarak dengan karya yang slalu diterbitkan mbk rosa, penuh misteri, filosofi dan bahkan dahsyat.salam dari andi bahtiar
Unknown mengatakan…
Karya yg sangat luar biasa. Komposisi bahasa yg membedakan karya2 lainnya
Unknown mengatakan…
Karya yg sangat luar biasa. Komposisi bahasa yg membedakan karya2 lainnya

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu

DODOLIT DODOLTOLSTOY: Catatan Singkat Atas Cerpen Terbaik Kompas 2010

Oleh Akmal Nasery Basral* I/              SEPASANG pembawa acara pada  Malam Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2011  yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta semalam (Senin, 27 Juni) membacakan profil para cerpenis yang karyanya terpilih masuk ke dalam antologi  Cerpen Pilihan Kompas 2010 . Sebuah layar besar memampangkan foto mereka dengan sinopsis cerpen masing-masing.             Saat  Dodolit Dodolit Dodolibret  (selanjutnya ditulis  Dodolit ) karya Dr. Seno Gumira Ajidarma ditampilkan, yang terbaca oleh saya ’kisah Guru Kiplik yang mengajari penduduk sebuah pulau terpencil cara berdoa yang benar. Usai mengajar guru itu pergi dari pulau. Penduduk yang merasa belum bisa memahami cara berdoa yang benar, mengejar perahu sang guru dengan cara berlari di atas air.’ Kira-kira seperti itulah sinopsis yang tersaji di layar. Dari informasi sesingkat itu -- selain saya juga belum membaca versi lengkap  Dodolit  – pikiran saya secara spontan teringat nama seorang penulis Rusi