Langsung ke konten utama

5 Besar KHATULISTIWA LITERARY AWARD 2010




Salam sastra…
Para praktisi, akademisi, dan penyuka sastra Indonesia yang terhormat.
Berikut kami sampaikan hasil penjurian tahap 5 besar (shortlist) anugerah sastra Khatulistiwa Literary Award ke-10, 2010, yang tersusun secara acak:
Kategori Prosa:
1. Rahasia Selma (kumcer), karya Linda Christanty, GPU, April 2010
2. Kekasih Marionette (kumcer), karya Dewi Ria Utari, GPU, Juli 2009
3. 9 dari Nadira (kumcer), karya Leila S Chudori, KPG, Oktober 2009
4. Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia (kumcer), karya Agus Noor, Bentang Februari 2010
5. Klop (kumcer), karya Putu Wijaya, Bentang, Mei 2010
Kategori Puisi:
1. Buwun, karya Mardi Luhung, Pustaka Pujangga, Februari 2010
2. Penyeret Babi, karya Inggit Putria Marga, Anahata, Januari 2010
3. Konde Penyair Han, karya Hanna Fransisca, Katakita, Mei 2010
4. Sejumlah Perkutut buat Bapak, karya Gunawan Maryanto, Omahsore, Mei 2010
5. Tersebab Aku Melayu, karya Taufik Ikram Jamil, Yayasan Pustaka Riau, Juni 2010
Kepada para nominator yang tercantum di atas, diharapkan segera mengirimkan biodata singkat dan softcopy sampul buku masing-masing (resolusi 300-350 Dpi) ke email: noesardi@yahoo.com (cc hulutualang@gmail.com), selambat-lambatnya 1 minggu setelah maklumat ini disiarkan. Malam anugerah pemenang KLA 2010 akan diselenggarakan pada tanggal 22 November 2010 di atrium Plaza Senayan, Jakarta. Semua nominator sangat diharapkan kehadirannya. Atas perhatian dan apresiasinya, kami ucapkan terimakasih.
Jakarta, 27 Oktober 2010
Panitia KLA 2010
sumber:
http://khatulistiwaliteraryaward.wordpress.com/

Komentar

Bagus Cahyo Jaya Pratama mengatakan…
Ini adalah sejarah yang belum aku pernah lihat selama ini. Blog ini jarang dikunjungi orang. Salam kenal
sekali lagi terima kasih dan salam! sering-seringlah mampir pada blog kelam ini, he3...!

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI

DODOLIT DODOLTOLSTOY: Catatan Singkat Atas Cerpen Terbaik Kompas 2010

Oleh Akmal Nasery Basral* I/              SEPASANG pembawa acara pada  Malam Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2011  yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta semalam (Senin, 27 Juni) membacakan profil para cerpenis yang karyanya terpilih masuk ke dalam antologi  Cerpen Pilihan Kompas 2010 . Sebuah layar besar memampangkan foto mereka dengan sinopsis cerpen masing-masing.             Saat  Dodolit Dodolit Dodolibret  (selanjutnya ditulis  Dodolit ) karya Dr. Seno Gumira Ajidarma ditampilkan, yang terbaca oleh saya ’kisah Guru Kiplik yang mengajari penduduk sebuah pulau terpencil cara berdoa yang benar. Usai mengajar guru itu pergi dari pulau. Penduduk yang merasa belum bisa memahami cara berdoa yang benar, mengejar perahu sang guru dengan cara berlari di atas air.’ Kira-kira seperti itulah sinopsis yang tersaji di layar. Dari informasi sesingkat itu -- selain saya juga belum membaca versi lengkap  Dodolit  – pikiran saya secara spontan teringat nama seorang penulis Rusi