Gandari (fragmen) Lima hari sebelum ibu para Kurawa itu membalut matanya dengan sehelai kain hitam, mendampingi suaminya, raja buta itu, sampai kelak, beberapa detik sebelum ajal… Ia, yang tak ingin lagi melihat dunia, sore itu menengok ke luar jendela buat terakhir kalinya: Sebuah parit merayap ke arah danau. Dua ekor tikus mati, hanyut. Sebilah papan pecah mengapung. Sebatang ranting tua mengapung. Di permukaan telaga, di utara, dua orang mengayuh jukung yang tipis, dengan dayung yang putus asa. Ombak seakan-akan mati. Air menahan mereka. “Mereka lari dari koloni kusta,” kata Gandari dalam hati, “dan mereka lihat warna hitam yang berhimpun di atas bukit.” Malam, sebenarnya mendung, seakan mendekat. Air naik deras ke langit: sebuah pusaran, sebelum hujan datang, lebat, menghantam danau. Dan angkasa gemetar dan mengubah diri ke dalam puting beliung. * Kemudian malam. Malam yang sesungguhnya: pada halaman langit bintang membentuk asteris, yang merujuk ke nama yang tak ada juga ...
sastra ialah sesuatu yang tumbuh dari segala keterasingan, kesunyian serius yang tercipta ketika manusia dalam keadaan terdesak! namun sastra (harus) serius? tidak juga!