Langsung ke konten utama

LOMBA CIPTA PUISI BENTARA BUDAYA BALI 2011

Bentara Budaya Bali mengadakan Lomba Cipta Puisi yang berangkat dari kisah-kisah mitologi berbagai daerah di Nusantara, dengan tema “Mitologi dalam Refleksi Kekinian”. Kompetisi dimaksudkan bukan semata sebagai upaya pengenalan kembali terkait ragam, ataupun muatan isi suatu mitologi, melainkan juga turut mendorong lahirnya karya-karya kreatif yang secara kritis menyikapi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sehingga dapat menjadi refleksi bagi kekinian bermasyarakat. Kompetisi ini memperebutkan Piala Bentara.

Simak Ketentuan dan Persyaratan Lomba Cipta Puisi Nasional Bentara Budaya Bali 2011, di bawah ini:

  1. Lomba ini terbuka bagi masyarakat umum se-Indonesia, tanpa batasan usia.
  2. Lomba Cipta Puisi ini bersifat perorangan.
  3. Tiap puisi yang disertakan dalam lomba wajib mengacu ataupun merespon tema yang telah ditetapkan Panitia, yakni “Mitologi Dalam Refleksi Kekinian
  4. Karya puisi yang dilombakan belum pernah diterbitkan dalam bentuk buku, dan dipublikasikan lewat media cetak atau online, serta tidak sedang diikutkan dalam lomba atau kegiatan serupa lainnya.
  5. Karya puisi yang diikutsertakan bukan saduran, terjemahan, plagiat atau pun murni menjiplak, baik sebagian maupun keseluruhan, dari naskah yang telah ada sebelumnya.
  6. Terkait ketentuan 4 dan 5 dibuktikan dengan surat pernyataan dari peserta lomba.
  7. Tiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu karya dengan melampirkan data diri dan pindai/fotokopi kartu identitas yang masih berlaku (SIM/KTP/Pasport, dll).
  8. Puisi wajib dikirim dengan format Times New Roman, 12 pt, spasi 1,5 melalui : Via email : ciptapuisibentarabali@yahoo.com, ATAU, Via Pos: Bentara Budaya Bali, Jalan By Pass IB Mantra 88 A, Ketewel, Gianyar Bali. Bagi peserta yang mengirim lewat pos, naskah wajib dicopy rangkap 4 (empat).
  9. Naskah diterima panitia selambat-lambatnya pada 20 Mei 2011
  10. Dewan Juri menetapkan 3 Pemenang Utama, Pemenang Harapan, dan 25 Nominator yang akan dibukukan, serta menjadi puisi wajib bagi Lomba Baca dan Dramatisasi Puisi se-Bali tahun 2011 (Juli 2011)
  11. Total hadiah untuk keseluruhan lomba adalah Rp 10.000.000,00. Selain uang tunai, pemenang juga mendapat trophy, piagam dan hadiah lainnya. Para finalis Juara akan diundang khusus untuk menghadiri puncak acara di Bentara Budaya Bali.
  12. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat.

info ini dicopy dari web dengan link: http://bentarabudayabali.wordpress.com/2011/02/14/lomba-cipta-puisi-nasional-bentara-budaya-bali-2011/

info ini juga dimuat di harian Kompas edisi Minggu, 13 Februari 2011 di halaman 21.

Selamat mengikuti, dan MOHON DISEBARLUASKAN.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu...

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI...

Puisi-puisi Aksan Taqwin Embe

Pemirsa blog saia yang budiman, agar gak sepi-sepi amat, blog tercinta saia ini akan saya isi kembali dengan puisi-puisi dari Kawan Aksan Taqwin Embe, yang sebenarnya lebih moncer sebagai cerpenis. Puisi-puisi ini sendiri sebelumnya telah tayang di laman lensasastra.id edisi 7 Maret 2021. Bila kawan-kawan ingin membaca puisi-puisi Bung Aksan secara lengkaplah, bolehlah singgah ke laman  Puisi Aksan Taqwin Embe – lensasastra.id   Buruh yang Mendadak Jatuh Cinta semula pertemuan yang asam dibuat sekawanan usai lembur semalaman dicecap sampai tuntas. Umpama kopi hingga tandas. aku perantau aku pun sepasang buruh itu jatuh cinta karena merasa saling menemukan rumah. 2020 Dolanan Pertama Cublek…cublek suweng, suwenge randa’ ireng Kecantol ning kelambi, ambune rengga-renggi Kepulangan di petang hari adalah ketergesaanmu yang bukan biasanya. langkah pelan tenggelam dengan nyanyian bocah-bocah di pelataran rumah. kau merundukkan tubuh. mengendus berkali-kali. bau yang kau sembunyikan...