Langsung ke konten utama

Alamat Email Koran dan Media Sastra

1. ahda05@yahoo.com [Ahda Imran, Pikiran Rakyat, Bandung]
2. rajabatak@yahoo.com [Idris Pasaribu, Analisa, Medan]
3. tamba@jurnas.com [Arie MP Tamba, Jurnas, Jakarta]
4. ariemetro@yahoo.com [Arief Santoso, Jawa Pos, Surabaya]
5. redaksi@batampos.co.id [Hasan Aspahani, Batam Pos, Batam]
6. donyph@jurnas.com [Dony PH, Jurnal Bogor, Bogor]
7. tejapurnama@yahoo.com [Teja Purnama, Global, Medan]
8. redaksilampost@yahoo.com [Lampung Pos, Lampung]
9. ktminggu@tempo.co.id [Nirwan Dewanto, Koran Tempo, Jakarta]
10. budaya_ripos@yahoo.com [Riau Pos, Riau]
11. aliredov@yahoo.com [Ali Ridho, Republika, Jakarta]
12. sihar_ramze@yahoo.com [Sihar Ramses S, Sinar Harapan, Jakarta]
13. amiherman@yahoo.com [Ami Herman, Suara Karya, Jakarta]
14. triwikromo@yahoo.com [Triyanto T, Suara Merdeka, Semarang]
15. post_azh@yahoo.co.id [Azhari, Sumatra Ekspres, Palembang]
16. yusrizal_kw@yahoo.com [Yusrizal KW, Padang Ekspres, Padang]
17. opini@kompas.co.id [Bre Redana, Kompas, Jakarta]
18. alimdjalil@ymail.com [Nur Alim Djalil, Fajar, Makassar]
19. Huberitapagi@yahoo.com [Berita Pagi, Palembang]
20. koransp@suarapembaruan.com [Suara Pembaruan, Jakarta]

saya copas secara kejam dari email Pringadi Abdi Surya. di lain waktu, postingan ini akan saya up date dan lengkapi dgn berbagai alamat email koran.

Komentar

M. ZAINUL KIROM mengatakan…
setelah kita kirim karya kita,, apakah akan di publikasikan,, kalau ia, bagaiman cara kita lo karya kita akan dipublikasikan atau enggaknya...
begini kawan Zainul, tidak semua karya yang dikirimkan ke media akan dimuat. redaktur juga punya hak untuk menyeleksi dunk karya mana yang bagus menurut mereka...nah, pada butir yang kedua, ini yang susah. ada beberapa redaktur yang akan memberitahukan bahwa karya kita akan dimuat. akan tetapi, lebih dominan para redaktur itu tidak memberitahu. jadinya, kita tidak tahu apakah karya kita muat atau tidak. pada beberapa kasus, saya baru tahu karya saya dimuat media ketika sudah H+2, misalnya. jadi saya mencari koran minggu pada hari selasa. tentunya itu tidak lucu...

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI

DODOLIT DODOLTOLSTOY: Catatan Singkat Atas Cerpen Terbaik Kompas 2010

Oleh Akmal Nasery Basral* I/              SEPASANG pembawa acara pada  Malam Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2011  yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta semalam (Senin, 27 Juni) membacakan profil para cerpenis yang karyanya terpilih masuk ke dalam antologi  Cerpen Pilihan Kompas 2010 . Sebuah layar besar memampangkan foto mereka dengan sinopsis cerpen masing-masing.             Saat  Dodolit Dodolit Dodolibret  (selanjutnya ditulis  Dodolit ) karya Dr. Seno Gumira Ajidarma ditampilkan, yang terbaca oleh saya ’kisah Guru Kiplik yang mengajari penduduk sebuah pulau terpencil cara berdoa yang benar. Usai mengajar guru itu pergi dari pulau. Penduduk yang merasa belum bisa memahami cara berdoa yang benar, mengejar perahu sang guru dengan cara berlari di atas air.’ Kira-kira seperti itulah sinopsis yang tersaji di layar. Dari informasi sesingkat itu -- selain saya juga belum membaca versi lengkap  Dodolit  – pikiran saya secara spontan teringat nama seorang penulis Rusi