Oleh S Yoga
Ada cerpen Dadang Ari Murtono di Majalah Horison, judulnya Pengisah Akutagama, kok hampir mirip dan kalimat-kalimtanya banyak yang sama ya dengan cerpen Kappa, akutagama Ryunossuke, terjemahaan Bambang Wibawarta. Kalau yang di Kompas dan Lampung Post, kan udah lama dipermasalahkan dan Kompas juga udah mencabut cerpen itu dan dianggap tidak ada. Tapi ini yang di Majalah Horison yang orang jarang baca, aku beli awal Januari tapi baru sempat baca awal februari, monggo di baca sendiri. atau mungkin akutagama menjelma menjadi dadang. Kalau di Kappa dan Pengisah Akutagawa ada tokohnya yang bunuh diri dengan menembak kepalanya, apa mungkin Dadang juga sedang merencanakan bunuh diri. Entahlah.
Salah satunya yang sama adalah surat/sajak setelah tokoh Tock bunuh diri kalimatnya sama persis:
Ayo bangkit dan pergi
Melintasi dunia ini menuju jurang dalam
Jurang terjal penuh batu karang
Tempat air pegunungan mengalir jernih
Dan tercium wangi bunga rerumputan
Bahkan dalam sub judul yang sama persis dengan cerpen Kappa, yakni Laporan Tentang Arwah Penyair Tock, kurang lebih ada 21 pertanyaan dan jawaban, antara tokoh kami dan Nyonya Hop yang dirasuki arwah Tock, yang sama persis tanpa diedit, kata-kata/kalimat-kalimatnya.
Paling mudah baca aja sub judul Laporan Tentang Arwah Penyair Tock ke belakang, kurang lebih di terjemahan Bambang Wibawarta, berturut-turut ada 6 halaman, yang ditulis sama persis dalam cerpen Pingisah Akutagawa-Dadang Ari Murtono
80% hanya mengetik ulang tanpa diedit
Komentar