SENGAJA AKU MENCINTAIMU
sengaja aku mencintaimu
lalu biarkan kukirim surat
seperti suratku yang tiada henti
mengalir ke tubuhmu
aku tak pernah menanti jawab
sebab aku belum selesai mengeja
bait bait sajak yang kautulis
tak juga sempat kutolak
sebab cinta adalah kesendirian
rindu aku jadi kekasihmu
sebab dari ada kuingin tiada
1996
DI PUCUK PUCUK
engkaukah itu
bening bergelantungan
di pucuk pucuk daun
dan akukah tuhan
tiap kali menyebut
namamu
1996
KABAR DARI PENGASINGAN
di paruh perjalanan
aku bertanya padamu
engkau kalijaga
sejarah merubah perahu
mencari cermin tanah
namun tanpa upacara
burung burung ketakutan
1996
NB : pirsawan blog saya yang budiman, pada kesempatan ini pagi yang cerah, kiranya, saya berikhtiar untuk paparkan syair daripada yang bernama Ribut Wijoto. adapun sosok Ribut Wijoto, tak lain dan tak bukan, adalah salah seorang kritikus sastra yang cukup dihormati di Jawa Timur. ternyata dan tak dapat dinyana, Ribut Wijoto ini jugalah menulis sajak pada masa mudanya. setidaknya itulah penuturan dari Indra Tjahyadi, penyair Jatim yang juga sejawat Ribut di FS3LP Soerabaia. lalu setidaknya pula, saya pernah menemui -atau menemukan- sajak-sajak Ribut dalam antologi Festival Seni Surabaya 2004. Pada kesempatan lainlah, kiranya, akan saya unggah sajak-sajak Ribut pada acara FSS 2004. selanjutnya, selamat menikmati sajak-sajak Ribut yang saya bajak dari laman blog Cak Indra Tjahyadi. salam
Komentar