Jakarta (ANTARA News) - Polemik karya sastra yang ramai digunjingkan di jejaring sosial Facebook tentang puisi berjudul Kerendahan Hati akhirnya berakhir.
Penyair kondang Taufiq Ismail dituding melakukan plagiarisme oleh seniman Bramantyo Prijosusilo. Keduanya telah saling meminta maaf. "Saya melakukan suatu kesalahan, saya akui, dan saya mohon maaf kepada pak Taufiq dan Masyarakat Sastra Indonesia," kata Bramantyo Prijosusilo pada acara silahturahmi sastra yang digelar di Fadli Zon Library Jakarta, Kamis (14/4)
Menurut Bram dalam pendidikan sastra yang diperolehnya di bengkel sastra WS Rendra ia diajarkan untuk tidak menekankan yang salah dan tidak memiliki unsur kebencian.
"Itu karena kekesalan saya karena waktu Martin Aleida membuat tulisan tentang pak Taufiq yang membuat sms yang tak santun dimuat di berbagai media dan di sebuah website sastra, dan menyinggung agenda Lekra yang diadakan di PDS (Pusat Dokumentasi Sastra) HB Yasin." katanya
Dalam kesempatan yang sama, Taufiq Ismail mengatakan ia kurang bergaul dengan Facebook dan internet. Ia tidak tahu menahu tentang puisi kerendahan hati itu.
"Saya tidak menemukan di dalam karya-karya puisi saya, puisi ini dituduhkan kepada saya, padahal saya tidak tahu, dan saya tidak pernah mengklaim itu puisi saya," katanya.
Puisi itu masuk dalam buku pelajaran kelas 8 SMP/Mts dengan judul Kerendahan Hati karya Taufik Ismail. Nama Taufiq menggunakan huruf k.
"Lihat saja kualitas buku diknas saja bisa sampai ada kesalahan seperti itu dan itu fatal," kata Bram
Buku yang dimaksud Bram adalah buku Terampil Berbahasa Indonesia Kelas 8 SMP/MTs yang diterbitkan dalam bentuk digital oleh Diknas.
Dalam buku yang dikarang tahun 2008, puisi Kerendahan Hati dijadikan soal latihan. Tiga pengarang buku tersebut, Dewahi Kramadinata, Dewi Indrawati, dan Didik Durianto tidak menyebutkan sumber puisi tersebut.
"Saya memang mengirim SMS, dan memang kata kata saya kurang santun dan SMS itulah yang disalah tafsirkan. Saya juga meminta maaf kepada Bram dan penyelesaian polemik ini merupakan sebuah praktik dari pekerti yang baik dan dalam arti yang sesungguhnya." Kata Taufiq.
Tuduhan plagiarisme yang dialamatkan ke Taufiq ramai digunjingkan di situs-situs jejaring sosial di internet. Puisi itu dituduh sangat mirip dengan puisi berjudul 'Be the Best of Whatever You Are' karya penyair Amerika Serikat kelahiran tahun 1877 Douglas Malloch.
(*)
Penyair kondang Taufiq Ismail dituding melakukan plagiarisme oleh seniman Bramantyo Prijosusilo. Keduanya telah saling meminta maaf. "Saya melakukan suatu kesalahan, saya akui, dan saya mohon maaf kepada pak Taufiq dan Masyarakat Sastra Indonesia," kata Bramantyo Prijosusilo pada acara silahturahmi sastra yang digelar di Fadli Zon Library Jakarta, Kamis (14/4)
Menurut Bram dalam pendidikan sastra yang diperolehnya di bengkel sastra WS Rendra ia diajarkan untuk tidak menekankan yang salah dan tidak memiliki unsur kebencian.
"Itu karena kekesalan saya karena waktu Martin Aleida membuat tulisan tentang pak Taufiq yang membuat sms yang tak santun dimuat di berbagai media dan di sebuah website sastra, dan menyinggung agenda Lekra yang diadakan di PDS (Pusat Dokumentasi Sastra) HB Yasin." katanya
Dalam kesempatan yang sama, Taufiq Ismail mengatakan ia kurang bergaul dengan Facebook dan internet. Ia tidak tahu menahu tentang puisi kerendahan hati itu.
"Saya tidak menemukan di dalam karya-karya puisi saya, puisi ini dituduhkan kepada saya, padahal saya tidak tahu, dan saya tidak pernah mengklaim itu puisi saya," katanya.
Puisi itu masuk dalam buku pelajaran kelas 8 SMP/Mts dengan judul Kerendahan Hati karya Taufik Ismail. Nama Taufiq menggunakan huruf k.
"Lihat saja kualitas buku diknas saja bisa sampai ada kesalahan seperti itu dan itu fatal," kata Bram
Buku yang dimaksud Bram adalah buku Terampil Berbahasa Indonesia Kelas 8 SMP/MTs yang diterbitkan dalam bentuk digital oleh Diknas.
Dalam buku yang dikarang tahun 2008, puisi Kerendahan Hati dijadikan soal latihan. Tiga pengarang buku tersebut, Dewahi Kramadinata, Dewi Indrawati, dan Didik Durianto tidak menyebutkan sumber puisi tersebut.
"Saya memang mengirim SMS, dan memang kata kata saya kurang santun dan SMS itulah yang disalah tafsirkan. Saya juga meminta maaf kepada Bram dan penyelesaian polemik ini merupakan sebuah praktik dari pekerti yang baik dan dalam arti yang sesungguhnya." Kata Taufiq.
Tuduhan plagiarisme yang dialamatkan ke Taufiq ramai digunjingkan di situs-situs jejaring sosial di internet. Puisi itu dituduh sangat mirip dengan puisi berjudul 'Be the Best of Whatever You Are' karya penyair Amerika Serikat kelahiran tahun 1877 Douglas Malloch.
(*)
Komentar