Langsung ke konten utama

'Kerendahan Hati' Taufik Ismail Dibuat Oleh Orang Cerdas


Jakarta Sastrawan Martin Aleida mengomentari soal kisruh puisi 'Kerendahan Hati' yang membuat sastrawan Taufiq Ismail dituduh plagiator. Martin tidak tahu apakah bener puisi 'Kerendahan Hati' karangan Taufiq Ismail. Namun ia mengira puisi tersebut disadur oleh orang yang mengerti akan puisi.

Puisi 'Kerendahan Hati' yang ditulis Taufik Ismail --dengan K-- diduga hasil saduran dari puisi lama milik Douglas Malloch berjudul 'Be the Best of Whatever You Are'. Puisi tersebut diterjemahkan hingga menjadi judul puisi berjudul 'Kerendahan Hati' yang ditulis nama pengarangnya Taufik Ismail --bukan Taufiq Ismail sang penyair.

Berikut isi kedua puisi tersebut:

Be the Best of Whatever You Are
by: Douglas Malloch

If you can't be a pine on the top of the hill
Be a scrub in the valley, but be the best little scrub by the side of the rill
Be a bush if you can't be a tree

if you can't be a bush, be a bil of the grass
and same highway happier make
if you can't be a muskie then just be a bass
But the liveliest bass in the lakel

We can't all be captains, we've got to be crew
There's something for all of us here
There's big work to do, and there's lesser to do
And the task you must do is the near.

If you can't be a highway then be a trail,
If you can't be the sun be a star;
It is'nt by size that you win or you fail---
Be the best of whatever you are



Kerendahan Hati
Oleh: Taufik Ismail

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukat, tetapi belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadi saja rumput, tetapi rumput
yang memperkuat tanggul pinggiran jalan.

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten
tentu ada awak kapalnya....

Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu....

Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri


Kedua puisi tersebut dipandang Martin memang hampir sama. Namun ada sisi menarik dari salah satu penggalan puisi 'Kerendahan Hati'.

Pada kata:

If you can't be a pine on the top of the hill

diterjemahkan oleh Taufik Ismail

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit

"Mengapa kata 'pine' itu diartikan beringin? Kan itu artinya pinus. Di Indonesia itu ada pinus kan? Berarti ini yang menulis puisi tersebut cerdas, dia tahu soal puisi," kata Martin saat berbincang dengan detikhot di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, TIM, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2011).

Namun, lanjut Martin, ada juga yang dibiarkan dalam arti sebenarnya. Yaitu 'Be the best of whatever you are'. Taufik Ismail menulisnya 'Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri'.

Martin tidak tahu pasti apakah itu benar karangan puisi dari Taufiq Ismail sang penyair atau tidak. Ia pun tidak pernah pernah membaca puisi tersebut.

Namun dugaan muncul tudingan Taufiq plagiator adalah buntut dari kabar Taufiq akan menyerbu diskusi buku seniman Lekra di PDS HB Jassin pekan lalu. Saat ditanya hal tersebut, Martin yang menjadi bagian dalam diskusi tersebut tidak tahu jika ada hubungannya.

"Saya tidak tahu jika ada hubungannya. Tapi para seniman yang diskusi kemarin memang mengundang Taufiq Ismail," ungkapnya.

Di tempat terpisah, Taufiq Ismail yang dihubungi detikhot belum ingin komentar. Namun ia berjanji akan mengirimkan tanggapannya lewat pesan elektronik.

"Agar tidak simpang siur, nanti saya kirimkan tanggapan saya," ungkapnya singkat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI

DODOLIT DODOLTOLSTOY: Catatan Singkat Atas Cerpen Terbaik Kompas 2010

Oleh Akmal Nasery Basral* I/              SEPASANG pembawa acara pada  Malam Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2011  yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta semalam (Senin, 27 Juni) membacakan profil para cerpenis yang karyanya terpilih masuk ke dalam antologi  Cerpen Pilihan Kompas 2010 . Sebuah layar besar memampangkan foto mereka dengan sinopsis cerpen masing-masing.             Saat  Dodolit Dodolit Dodolibret  (selanjutnya ditulis  Dodolit ) karya Dr. Seno Gumira Ajidarma ditampilkan, yang terbaca oleh saya ’kisah Guru Kiplik yang mengajari penduduk sebuah pulau terpencil cara berdoa yang benar. Usai mengajar guru itu pergi dari pulau. Penduduk yang merasa belum bisa memahami cara berdoa yang benar, mengejar perahu sang guru dengan cara berlari di atas air.’ Kira-kira seperti itulah sinopsis yang tersaji di layar. Dari informasi sesingkat itu -- selain saya juga belum membaca versi lengkap  Dodolit  – pikiran saya secara spontan teringat nama seorang penulis Rusi