Padri
kamilah
yang gemar membaca doa-doa di larut petang sebab kami percaya, sebagian
dari kami tersimpan dan menyimpan diri di lubuk kata. sewaktu-waktu,
malam akan memanggil kami, mungkin sebagian dari kami, untuk menjadi
lentera di celah sunyi ini, di hati dalam yang tak pernah kami raih
kami senantiasa menghapal kata-katanya, meraba makna satudua kalimat yang biasa kami baca. sebab kami tahu kata, kalimat itu perlahan menjauhkan kami dari sepi, dari hantu yang terlampau sering jadi bayang-bayang kami, dari ingatan yang bersembunyi di kiri kanan kami. sebab menjelang pagi, kata-kata yang kami anggap sebagai doa itu kami dengar pelan-pelan menghilang. kata-kata itu berubah rahasia paling diam
2011
kami senantiasa menghapal kata-katanya, meraba makna satudua kalimat yang biasa kami baca. sebab kami tahu kata, kalimat itu perlahan menjauhkan kami dari sepi, dari hantu yang terlampau sering jadi bayang-bayang kami, dari ingatan yang bersembunyi di kiri kanan kami. sebab menjelang pagi, kata-kata yang kami anggap sebagai doa itu kami dengar pelan-pelan menghilang. kata-kata itu berubah rahasia paling diam
2011
Penunggu Lilin
Yang
berdiam di depan kami. Terima kasih. Sudah kau temani saat-saat
terakhir kami. Saat-saat ketika kuncup sudah kedip mataapi kami dan
telah tampak segala terang di depan kami. Terang yang membuka pintu
surga di hadapan kami.
Kau
iringi hidup sementara kami dengan syair-syair suci. Syair yang kau
panjatkan pada leluhurmu. Pada arwah-arwah yang sesungguhnya tak pernah
berkunjung padamu. Tapi kau selalu menunggu mereka sewaktu-waktu.
Mungkin sewaktu-waktu mereka kembali ke bumi tapi bukan karena rindu
namamu.
Terima kasih.
Kini terimalah cinta terakhir kami : wujud luluh kami yang tak lagi tinggi hati
Komentar