Langsung ke konten utama

Plagiat Rashomon

oleh Sungging Raga

saya di sini cuma melanjutkan bukti2 plagiat Dadang Ari Murtono yang dimuat Harian Lampung Post terhadap karya Akutagawa yg berjudul Rashomon, saya sendiri belum sempat membuat esai, tapi sebagai soft opening, saya meminta teman dekat saya yg kebetulan juga teman dekat Dadang untuk bertanya via sms, dan Dadang mengirimkan sms balasan kepada teman dekat saya itu, lalu teman saya ini lantas menerjemahkan sms Dadang yg berbahasa Jawa kedalam bahasa Indonesia kepada saya yg isinya seperti ini:

"maaf ya, aku gak peduli orang bilang apa. menyelesaikan? gimana? apa aku harus datang keorang orang seluruh indonesia satu persatu buat jelasin masalahnya? lha masalahnya apa? aku gak merasa punya masalah. terserah orang mau bilang apa. lha redakturnya aja nyantai kok, gak anggap plagiat kok. ya memang aku diam soalnya aku gak merasa ada apa-apa."

berikut ini sedikit bukti2nya antara Cerpen Dadang di Lampung Post & buku Akutagawa yg diterbitkan KPG

oya, ternyata cuplikan utuh Rashomon versi Akutagawa bisa dilihat di google books:

http://books.google.co.id/books?id=IL2M2djhQmoC&printsec=frontcover

=====

Cerpen Dadang:

Ini adalah Kyoto, kota yang ramai dan permai, dulu. Namun, beberapa tahun silam, kota ini didera bencana beruntun. Gempa bumi, angin puyuh, kebakaran, dan paceklik. Itulah sebab kota ini menjadi senyap dan porak-poranda. Menurut catatan kuno, patung Buddha dan peralatan upacara agama Buddha lainnya hancur, dan kayu-kayunya yang masih tertempel cat dan perada ditumpuk di pinggir jalan, dijual sebagai kayu bakar. Dengan kondisi seperti itu, perbaikan Rashomon sulit diharapkan. Rubah dan cerpelai, musang dan burung punai, juga para penjahat, memanfaatkan reruntuhannya sebagai tempat tinggal. Dan akhirnya, bukan perkara aneh membawa dan membuang mayat ke gerbang itu. Setiap senja seperti sekarang ini, seperti saat si perempuan tua itu berjongkok sambil memandang wajah mayat perempuan itu, suasana menjadi teramat menyeramkan. Tak seorang pun— kecuali perempuan tua itu, tentu saja—berani mendekat.

Halaman 2 Akutagawa:

Kota Kyoto sesepi itu karena beberapa tahun silam didera bencana beruntun, mulai dari gempa bumi, angin puyuh, kebakaran, dan paceklik. Karena itu Kyoto jadi senyap dan porak-poranda. Menurut catatan kuno, patung Buddha dan peralatan upacara agama Buddha lainnya hancur, dan kayu-kayunya yang masih tertempel cat dan perada ditumpuk di pinggir jalan, dijual sebagai kayu bakar. Karena kondisi Kyoto seperti itu, perbaikan Rashomon sulit diharapkan. Rubah dan cerpelai, juga para pelonceng, memanfaatkan reruntuhan sebagai tempat tinggal. Akhirnya, lazim membawa dan membuang mayat tak dikenal ke gerbang itu. Karena bila senja telah tiba suasana menjadi menyeramkan. Tidak ada orang yang berani mendekat.

========

Cerpen Dadang:

Setelah mengamati beberapa saat, perempuan itu menancapkan oncor kayu cemara di sela lantai papan, kemudian menaruh kedua belah tangannya pada leher mayat itu. Perempuan tua itu mulai mencabuti rambut panjang si mayat helai demi helai. Persis seekor monyet yang sedang mencari kutu di tubuh anaknya.

Halaman 7 Akutagawa:

Perempuan tua itu menancapkan oncor kayu cemara di sela lantai papan, kemudian menaruh kedua belah tangannya pada leher mayat yang sejak tadi dipandanginya. Perempuan tua itu mulai mencabuti rambut panjang si mayat helai demi helai, persis seekor monyet yang sedang mencari kutu di tubuh anaknya.

=======

Cerpen Dadang:

Sambil menggenggam gagang pedang, lelaki itu menghampirinya dengan langkah lebar.

Ia terkejut. Saking kagetnya, ia sampai terlonjak bagai dilontarkan dengan ketapel.

"Hei, mau ke mana kau?" hardik Genin itu seraya mencengkeram tangan perempuan itu yang bermaksud melarikan diri.

Halaman 8:

Sambil menggenggam gagang pedang ia menghampiri nenek tua itu dengan langkah lebar.

Sekilas ia melihat ke arah Genin. Dan saking kagetnya seketika itu pula iaterlonjak bagai dilontarkan dengan ketapel.

"Hei, mau ke mana kau?" hardik Genin seraya mencengkeram tangan si nenek yang bermaksud melarikan diri,

======

Cerpen Dadang:

"Apa yang sedang kamu lakukan? Jawab! Kalau tidak mau mengaku...."Genin itu melepasKan cengkeramannya seraya menghunus pedang baja putih berkilau dan mengacungkannya ke depan mata perempuan tua itu. Namun perempuan itu bungkam, kedua tangannya gemetar hebat, napasnya terengah, matanya membelalak seperti hendak melompat keluar dari kelopaknya.

Halaman 8:

"Apa yang sedang kamu lakukan? Jawab! Kalau tidak mau mengaku...."Genin itu melepaskan cengkeramannya seraya menghunus pedang baja putih berkilau dan mengacungkannya ke depan mata si nenek. Tapi, nenek tua itu tetap bungkam, kedua tangannya gemetar hebat, napasnya terengah, matanya membelalak seperti hendak melompat keluar dari kelopaknya,

======

Cerpen Dadang:

"Aku bukan petugas Badan Keamanan. Aku kebetulan lewat di dekat gerbang ini. Maka aku tidak akan mengikatmu atau melakukan tindakan apa pun terhadapmu. Kau cukup mengatakan sedang melakukan apa di sini."

Halaman 9:

"Aku bukan petugas Badan Keamanan. Aku kebetulan lewat di dekat gerbang ini. Maka aku tidak akan mengikatmu atau melakukan tindakan apapun terhadapmu. Kau cukup mengatakan sedang melakukan apa di sini."

========

Terakhir, yg sudah sempat di-paste Bung Bamby:

Cerpen Dadang:

Perempuan tua itu melanjutkan, "Ya... memang, mencabuti rambut orang yang sudah mati bagimu mungkin merupakan kejahatan besar. Tapi mayat-mayat yang ada di sini semua pantas diperlakukan seperti itu. Perempua...n yang rambutnya barusan kucabuti, biasa menjual daging ular kering yang dipotong-potong sekitar 12 cm ke barak penjaga dan mengatakannya sebagai ikan kering. Kalau tidak mati karena terserang wabah penyakit, pasti sekarang pun ia masih menjualnya. Para pengawak katanya kerap membeli, dan mengatakan rasanya enak. Perbuatannya tak dapat disalahkan, karena kalau tak melakukan itu ia akan mati kelaparan. Ia terpaksa melakukannya. Jadi, yang kulakukan pun bukan perbuatan tercela. Aku terpaksa melakukannya, karena kalau tidak, aku pun akan mati kelaparan. Maka, perempuan itu tentunya dapat pula memahami apa yang kulakukan sekarang ini."

Halaman 9 - 10:

"Ya... memang, mencabuti rambut orang yang sudah mati mungkin bagimu merupakan kejahatan besar. Tapi, mayat-mayat yang ada di sini semuanya pantas diperlakukan seperti it...u. Perempuan yang rambutnya barusan kucabuti, biasanya menjual daging ular kering yang dipotong-potong sekitar 12 sentimeter ke barak penjaga dan mengatakannnya sebagai ikan kering. Kalau tidak mati karena terserang wabah penyakit, pasti sekarang pun ia masih menjualnya. Para pengawal katanya kerap membeli, dan mengatakan rasanya enak. Perbuatannya tidak dapat disalahkan, karena kalau tidak melakukan itu ia akan mati kelaparan. Ia terpaksa melakukannya. Jadi, yang kulakukan pun bukan perbuatan tercela. Aku terpaksa melakukannya, karena kalau tidak, aku pun akan mati kelaparan. Maka, perempuan itu tentunya dapat memahami pula apa yang kulakukan sekarang ini."

====

karena terburu-buru, cukup sekian yg bisa ditampilkan :)

SukaTidak Suka · Komentari · Bagikan

  • Khrisna Pabichara, Imam Wahyudi, Nihayatun Ni'mah dan 15 lainnya menyukai ini.

  • 50 dari 60

    • Komunitas Ketik astaga...

      Senin pukul 22:24 · SukaTidak Suka

    • Sungging Raga mungkin dadang menganggap kita-kita sebagai pembaca ini gak punya hak sama sekali untuk menggugat... mngkin bagi dia, mekanisme kehidupan cerpen koran cuma berawal dari ngirim email, trus bersaing dg karya lain, trus berakhir di persetujuan redaktur utk memuatnya.

      Senin pukul 22:32 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...

    • Khrisna Pabichara

      ‎@Raga: Kalau cuma sebatas itu, dalam seminggu saya bisa mengirim 5-10 cerpen ke media berbeda. Hahaha. Persoalannya adalah kejujuran dan keberanian mengakui "kesalahan". Jika di batas itu saja kita belum lolos, bagaimana kita berharap memb...erikan sesuatu yang berharga bagi pembaca? Kasihan sekali jika kita martabat kepengarangan demi sebatas ketenaran.

      Saya sangat berharap ada seseorang atau lembaga tertentu yang mau mengetuk hati Mas Dadang agar berkenan berbesar hati untuk tak melukai penyuka sastra.Lihat Selengkapnya

      Senin pukul 22:46 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

    • Khrisna Pabichara Dan, tentu saja, kepada Redaktur Sastra Lampung Post agar memberikan peringatan keras agar Mas Dadang tidak melakukan hal sama di cerpen-cerpen sesudahnya.

      Senin pukul 22:50 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

    • Langit Biru jika masalahnya kejujuran dalam berkarya,ini fundamental,jadi tertarik menelisik karya dadang sebelumnya

      Senin pukul 22:56 · SukaTidak Suka

    • T Agus Khaidir

      Sekali lagi komentarku harus bernada heran. Kali ini untuk oknum bernama Dadang. Taruhlah dia memang berniat untuk plagiat, tapi kenapalah yang diplagiati itu justru Rashomon, karya Akutagawa yang sudah sangat masyhur? Kenapa tidak karya la...in saja yang "tidak terlalu terkenal"?

      Tapi dia memang memplagiat Rashomon dan aku curiga jangan-jangan ini orang menganggap tak ada yang tahu bahwa cerpen itu ia plagiat - lantaran ditulis orang Jepang sekian puluh tahun lalu. Atau jangan-jangan dia pakai semacam ilmu hitam sehingga Rashomon tulisannya yang hampir tak berbeda dengan Rashomon asli itu bisa lolos dari seleksi awal redaksi, menyingkirkan barangkali puluhan cerpen lain dan dimuat di media sekelas Lampung Post.

      Aku tiba-tiba membayangkan, dalam minggu-minggu ke depan akan muncul cerpen karya Sungging Raga, Bamby Cahyadi, Khrisna Pabichara, atau bahkan Seno Gumira Ajidarma, Putu Wijaya dan Budi Darma dengan nama Dadang Ari Murtono dan dimuat di Kompas, Koran Tempo, dan Suara Merdeka, karena Myrna, Nirwan Dewanto dan Triyanto Triwikromo merasa terpesona sebab sudah kena guna-guna. hahahahaha...Lihat Selengkapnya

      Senin pukul 23:03 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

    • Khrisna Pabichara ‎@Agus K: Yang pasti, Bang, cerpen Mas Dadang di Kompas memiliki kemiripan dengan cerpen Ratih Kumala. Saya sedang membaca ulang cerpen Mas Dadang yang dimuat di Republika. Jangan-jangan...

      Senin pukul 23:13 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

    • Khrisna Pabichara ‎@Anhar H: Jadi teringat kasus lama, Bang. Saya sampai mencari nomor kontak "sang penyabot" agar bisa klarifikasi langsung. Bukannya meminta maaf, yang bersangkutan malah meminta saya untuk melindungi sesama penulis. Hahaha. Miris!

      Senin pukul 23:19 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

    • Simalakama Rindu saya hanya ingin agar Dadang segera mermberikan keterangan. semoga cepat selesai.

      Kemarin jam 4:43 · SukaTidak Suka

    • Imam Wahyudi

      Saya hanya mau sedikit urun komentar. Diakui atau tidak, gaya dan penulisan para cerpenis, khususnya yang baru berkembang, kebanyakan memang terpengaruh oleh penulis yang kebetulan sedang menjadi anutannya. Tak jarang, cerita yang mereka tu...lis

      hampir mirip dengan pengembangan disana-sini. Saya rasa itu tak masalah, asal tidak sama persis benar dengan cerpen acuannya. Meminjam istilah Agus Noor, diberi cita rasa baru yang berbeda. Soal cerpen Mas Dadang itu, saya berbaik sangka saja, mungkin ada yang ingin ditujunya, entah apa, dengan membuat cerpen semacam itu. Tetapi diatas semua itu, memang seyogianyalah mas Dadang memberikan sekedar penjelasan tentang tulisannya itu....Lihat Selengkapnya

      Kemarin jam 5:47 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...

    • Endah Sulwesi hari gini kok masih nyontek sih? Anak nakal! *pukul pantat Dadang* :D

      Kemarin jam 8:21 · SukaTidak Suka

    • Han Gagas Sungging, di awal kau blg melanjutkan berarti ada yg sebelum ini. Wah aku terlewatkan neh. Mas bamby nt di inbox ke saya ya lembaga itu. Oya ada ketrangan di lampung pos itu apaya? Dadang oh dadang, aneh2 sj org ini. Kok redaktur lampung gak kau tandai ngging?

      Kemarin jam 8:28 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

    • Lan Fang coba tlg di tag ke wall ku ya...,

      Kemarin jam 10:16 · SukaTidak Suka

    • Lan Fang

      semua penulis kebanyakan "pasti" terinspirasi dengan tulisan2 yg pernah dibaca sebelumnya. "pasti" juga "mencuri" untuk eksplorasi. sebab untuk menjadi penulis itu harus memiliki "kecerdasan di atas rata2" harus bisa menjadi "pencuri" yg ce...rdas.

      jadi plagiator adalah penulis yg dengan sadar menunjukkan kedunguannya sendiri.

      akh, gol bunuh diri!Lihat Selengkapnya

      Kemarin jam 11:44 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

    • Sungging Raga

      tp kan inspirasi lain dg plagiasi,, kadang memang sering ditemukan bbrapa frase yg sudah dipakai seorg penulis tp juga ada di karya penulis lain, atau juga karya2nya bernafas sama..

      kalo dadang ini udah trbukti masuk kategori plagiasi nih. b...ahkan karya2nya yg lain pun mulai dicurigai, terutama yg di Kompas (Lelaki Sepi) yg mirip cerpennya Ratih Kumala. cuma kalo kata mas khrisna, di kompas itu Dadang bermain lebih cantik (& cerdas), hehe. di sini kacaubalau.Lihat Selengkapnya

      Kemarin jam 11:50 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

    • Lan Fang saya tidak khusus menujukan pada dadang seorang. tapi harapan saya, semua yg berkaitan dengan tulis menulis bisa mengambil hikmah & bisa belajar dari urusan ini.

      Kemarin jam 11:55 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...

    • Aida Radar Wew!

      ck...ck...ck...

      Kemarin jam 13:12 · SukaTidak Suka

    • Benny Arnas plagiat! apa kata dunia? *kok dadang tak kau tag, Ga?

      Kemarin jam 14:03 · SukaTidak Suka

    • Sungging Raga aku gak jdi friend-nya dadang sih.. yg pasti sblum mnulis ini, aku udah brusaha mendapatkan pnjelasannya scara langsung. hehe. tp di acara sastra trakhir yg mncantumkan namanya sbg pmbicara, trnyata dia pun gak dtg.

      Kemarin jam 14:08 · SukaTidak Suka

    • Benny Arnas HALOOOO, SEMUAAA!! KITA NGE-ADD DADANMG YUKKKKK! :-)

      Kemarin jam 14:17 · SukaTidak Suka

    • Imam Wahyudi Nah, mungkin yang akan saya pertanyakan disini sebagai orang yang baru belajar sastra, kadang seorang 'pencuri cerdas' pun, sengaja atau tidak sengaja, akan menemui masa-masa sial terjatuh menjadi pencuri yang 'tidak cerdas'. Bagaimana itu ? Ambil contohlah cerpen terakhir SGA di Kompas itu, yang sangat mirip karya Pablo Coelho, meski di akhir cerpen disebutkan bahwa cerpen tersebut mengambil inspirasi dari beberapa cerita yang berkembang di masyarakat. Plagiasi atau sekedar terinspirasi oleh karya lain itu ?

      Kemarin jam 14:24 · SukaTidak Suka

    • Aida Radar Idem dengan K'Imam, plagiasi atau terinspirasi?

      23 jam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Sungging Raga apakah paragraf2 di seno ada yg sama dg coelho? apakah seno melakukan copy paste sprti yg kubuktikan di atas itu?

      bedakan antara eksplorasi / inspirasi dg plagiasi.

      23 jam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Aida Radar Oh begitu ya... ^_^

      23 jam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Lan Fang kecerdasan bukan untuk membuat semua hal tanpa kesalahan, namun untuk mempercepat amatan bagaimana membuatnya (suatu karya) menjadi (lebih) bagus.

      (bertolt brecht, pujangga & dramawan Jerman, 1898-1956)

      23 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

    • Imam Wahyudi Intinya, mungkin begini. Bolehlah kita mengutip bagian dari karya orang lain, asal (mungkin) diberi catatan kaki, bahwa kalimat ini diambil dari karya ini atau itu, umpamanya. Dan dilihat secara utuh (keseluruhan) karya itu tidak sama persis dengan yang menjadi inspirasinya. Begitu pa ya...hehe

      23 jam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Langit Biru

      hal-hal teknis dan teoretis mengenai eksplorasi, inspirasi, dan plagiasi selalu bisa diperdebatkan, termasuk dalam hal ini cerpen SGA.

      semua berpulang pada niatan pengarang (kejujuran).

      sesorang bisa saja tidak jujur (bohong) pada orang la...in tapi dia tdk akan bisa berbohong (tidak jujur) pada dirinya sendiri.

      ada kepuasan batin yang tdk bisa dibeli dg materi dan popularitas ketika menghasilkan karya sastra. dan ini saya rasa tidak akan didapatkan oleh seorang plagiat.Lihat Selengkapnya

      23 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 3 orangMemuat...

    • Han Gagas Kalo kasus dadang neh plagiat wong hampir tiap katanya sama plek gt. Kalo SGA kan tdk, terinspirasi. Itu kan bedane jelas. Aneh2 aja neh teman2. Kayak haram dan halal dlm islam. Ha3. Bangkai,darah, siapa muslim yg lurus mengatakannya sbg halal? Bukan abu2 kawan. Kalo tiap kata hmpir sama apalagi ide&latar jg sejurus itu sdh jls masuk mana. Ha3. Ada org yg menghamba pd fana, semu. Ada org yg benci pd itu. Huahaha3. Glegekk.

      22 jam yang lalu melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

    • Han Gagas Kok aku dakwah, ha3. Huaha3x. Gelekgek. Trnyt ak dah agak lama hub fb ma dadang jauh sblm urusan buruk ini tp ga prnah kontak2. Kalo kau bc, dang, wah gol bunuh diri, betul kak lf. Kdg kt mmg brdosa, mns, lupa, mari brusaha trs spy jd mns yg baik. Khilaf, alpa, mari kt perbaiki. Ngomong apa aku ini. He3. Menertawai keseriusan ki namane.

      22 jam yang lalu melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

    • Han Gagas kt tmnku yg dl cerpenis hebat, sga yg di kompas kmrn sdkt abu2. Ha3

      21 jam yang lalu melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

    • Khrisna Pabichara

      Sepakat dengan Mbak Lan, kejujuran adalah sesuatu yang niscaya dimiliki oleh siapa saja yang berkaul jadi pengarang. Boleh jadi karya kita dianggap hebat oleh khalayak pembaca, tetapi karena proses penciptaannya tidak jujur--semisal meminda...hkan karya orang lain dan mengakuinya sebagai karya sendiri--tidak akan menemukan kepuasan batin yang sama ketika kita menghasilkan satu karya dengan jujur. Istilah Bang Han, lebih menghasilkan karya yang biasa tetapi murni karya sendiri.

      Kembali ke kasus Mas Dadang, dari klarifikasi yang disampaikannya lewat sms, menunjukkan ketidakseriusan Mas Dadang dalam membabarkan "ada apa dengan karyanya" dan "mengapa pembaca terus bertanya". Secara implisit, ini menunjukkan arogansi Mas Dadang, yang sekaligus juga menunjukkan ketidakbesaran hatinya. Tentu saja, ini dengan asumsi bahwa Mas Dadang berkeras tidak ada masalah karena cerpen "palsu"-nya ini.

      Karena itu, tepatlah kiranya jika ada pihak yang berkenan menyampaikan atau mengunjukkan perbincangan ini ke hadapan Mas Dadang. Dan, bagi kita semua, tentulah banyak hikmah yang bisa kita petik dari kasus ini. Salam takzim buat semuanya.Lihat Selengkapnya

      16 jam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Rama Dira mentalitas pengen dapat hasil tanpa kerja keras kayak gini nih yang mesti diberangus. masa buat cerpen sekedar kopas aja. hah...macam macam saja si dadang ini..

      7 jam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Kartolo Kempol Geyong-Geyong setelah saya baca di kereta, kata, bahkan kalimat karya Bung Dadang itu sama persis. Dalam satu paragraf hanya beberapa kata dan kalimat yang diubah. Sebagai penulis, setidaknya Bung Dadang lebih beretika, dengan menanggapi reaksi teman-teman. Kalau memang MALAS atau KESULITAN mengeksplorasi, jujur lah sama teman-teman. Toh itu bagian dari proses kreatif, kecuali kalau terburu-buru tenar. Tidak usah begitu saja sudah tenar kok. Salam

      6 jam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Munajat Sunyi kasihan teman-teman yang sudah berusaha mengirim cerpen ke lampung post dengan karya original, tapi yang dimuat malah karya plagiasi. ckckckckckckck...

      3 jam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Han Gagas

      betul mas khrisna tuh, mending nulis banyak cerpen jelek2 drpd palsu, huahahahah, itu karyaku, asli lho. mentang2 namaku disebut jd mbetulin dia hahaha, sopan santun, hehehe.

      betul juga mas munajat sunyi neh, gara2 dadang neh cerpenku gak di...muat lampung post utk ke2 kali, jan-jan, nasib-nasib.Lihat Selengkapnya

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Sungging Raga ‎12 desember cerpen dadang ari murtono di Suara Pembaruan, cerpen yg sama dg di Nova edisi mingu sblumnya.

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Kartolo Kempol Geyong-Geyong mojleng...

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Han Gagas waduh alamak, kalau begitu saya dulu kalau mau ya bisa, wong cerpenku di lampung post itu juga dimaui nova, tapi aku tarik dari nova karena lampung post mau muat, alamak, dasar neh orang.

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

    • Han Gagas hahahaha, aku girang neh, rama dira kasih jempol, barti nasib baik neh

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Rama Dira ‎@ Han : sepakat. aku juga melakukan hal yang sama. toh kalaupun ndalalah termuat di dua media, itu bukan kesalahanku. tidak ada pemberitahuan dari redaksi yg menjadi penyebabnya sehingga tidak sempat ditarik.

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Han Gagas betul rama dira, aduh alamak kok kita cocok betul ya, aduh sayang kau jauh, andai dekat aku sudah tempelin kau. kayak ma sungging neh, cocok mak plek.

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Sungging Raga rama lain tuh, dia ngirim ke dua media nggak di waktu yg sama, menggilir dulu,, trus kbtulan salah satu media lama bgt memuatnya... kalo yg DAM ini tematik. kjadian bulan lalu.

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Han Gagas cocok tuh maksudku pikiran2ne, wah sungging ki baca2 yg atas doooooooong

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Rama Dira

      ya. kalau sampai kejadian dimuat bareng di dua media (padahal kita tau) itu sama saja merampas rejeki teman penulis yg lain. cerpenku pernah hampir dimuat di nova & femina dalam waktu yg berdekatan. untung redaktur femina telpon. akhirnya a...ku tarik. ada sih cerpenku yg sebelumnya dimuat media lokal kemudian kukirimkan ke media nasional dan kemudian dimuat. itu terjadi karena honorku nda dibayar2 dan waktu nagih seolah2 aku melakukan kesalahan dan dipimpong sana sini. akhirnya aku nekat menariknya dan menyatakannya tak pernah dimuat di situ.Lihat Selengkapnya

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Han Gagas ooo, gitu rama dira, okelah, aku belum pernah seh dimuat bareng, kalau pernah mungkin nanti salahku, karena kadang lewat tiga minggu aku dah pindah tuh cerpen, kenapa ya para media itu gak kasih batas waktu yg jelas gitu, sebagian memang sudah tapi gak semua.

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Han Gagas mas rama dira, media lokal apa tuh yg suka ping pong?inisial ajah

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Rama Dira he..he.. ada ajah..tapi kayaknya setelah kejadian aku buat statement penarikan di fb itu, medianya sekarang nda kayak gitu lagi kok. honor sudah dibayar dengan baik menurut info yg kudapat dari teman sesama penulis.

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Han Gagas alhamdulillah dah insyaf tuh media, hahaha

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Sungging Raga surabaya post.

      sekitar sejam yang lalu · SukaTidak Suka

    • Rama Dira ha..ha..ha.. akhirnya Raga membocorkannya. Ya udah deh

      sekitar sejam yang lalu · Suka


NB : ini adalah kelanjutan dari kasus Dadang Ari Murtono, telisik Sungging Raga terhadap cerpen Dadang Ari Murtono dan Terjemahan Bambang Wibawarta atas Rashomonnya Akutagawa. disarikan dari facebook M Anshor Sjahroni

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu

DODOLIT DODOLTOLSTOY: Catatan Singkat Atas Cerpen Terbaik Kompas 2010

Oleh Akmal Nasery Basral* I/              SEPASANG pembawa acara pada  Malam Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2011  yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta semalam (Senin, 27 Juni) membacakan profil para cerpenis yang karyanya terpilih masuk ke dalam antologi  Cerpen Pilihan Kompas 2010 . Sebuah layar besar memampangkan foto mereka dengan sinopsis cerpen masing-masing.             Saat  Dodolit Dodolit Dodolibret  (selanjutnya ditulis  Dodolit ) karya Dr. Seno Gumira Ajidarma ditampilkan, yang terbaca oleh saya ’kisah Guru Kiplik yang mengajari penduduk sebuah pulau terpencil cara berdoa yang benar. Usai mengajar guru itu pergi dari pulau. Penduduk yang merasa belum bisa memahami cara berdoa yang benar, mengejar perahu sang guru dengan cara berlari di atas air.’ Kira-kira seperti itulah sinopsis yang tersaji di layar. Dari informasi sesingkat itu -- selain saya juga belum membaca versi lengkap  Dodolit  – pikiran saya secara spontan teringat nama seorang penulis Rusi

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI