Langsung ke konten utama

Kemudahan Terbitkan Buku Lewat Evolitera


Annida-Online--Buat para penulis baru yang ingin menerbitkan bukunya sekarang nggak perlu repot lagi dengan berbagai prosedur rumit dari sebuah penerbit buku.Evolitera.co.id memberikan jawaban kemudahan untuk menerbitkan sebuah buku dalam bentuk digital alias e-book. “Kami ingin menciptakan perubahan yang revolusioner dalam dunia publishing,” kata Eduardus Christmas, pendiri dan CEO PT Evolitera.

Cara untuk menerbitkan buku lewat Evolitera.co.id memang terbilang sangat mudah. “Penulis dapat memanfaatkan fitur self-publishing di website kami atau dapat juga dengan mengirimkan naskah ke email tim editor kami,” jelas Eduard, “Tidak ada filtering berdasarkan bagus tidaknya naskah. Semua orang dapat menjadi penulis di Evolitera.Yang kami filter apabila karya tersebut terindikasi tidak original atau plagiat, maka kami tidak dapat menerbitkannya.”

Hanya saja dengan berbagai kemudahan tersebut, pihak Evolitera saat ini memang belum dapat memberikan honor atau royalti kepada para penulis. “Honor akan diperoleh apabila ada pihak-pihak yang ingin beriklan, yakni menempatkan iklan sebelum pembaca dapat mengakses sebuah eBook. Apabila ada iklannya, maka si penulis akan memperoleh penghasilan dari iklan tersebut, dan juga di-share dengan pihak Evolitera,” terang Eduard.

Meski belum menjanjikan untuk memberikan honor, Eduard menjelaskan terdapat berbagai keuntungan bagi para penulis yang menerbiktkan karyanya lewat penerbitan online yang didirikannya sejak tahun 2009 ini, “Pertama tentu popularitas si penulis itu sendiri, kedua karena kami dapat memberikan ISBN, maka beberapa dosen menerbitkan eBook di Evolitera dalam rangka mendapatkan cum academic (point perhitungan di dunia akademik-red), ketiga tahun ini kami mengadakan apresiasi bagi para penulis dalam bentuk Evolitera Award,” tambah Eduard.

Apresiasi terhadap penerbitan online ini memang cukup besar. “Saat ini, sudah sekitar seratus ribu orang yang melakukan kunjungan dengan rata-rata per hari lima ratus sampai dengan seribu orang pengunjung,” pungkas Eduard, “Kami memang memberikan secara gratis mulai dari aktifitas membaca sampai dengan mendownload e-book yang kami terbitkan. Pengunjung hanya perlu melakukan registrasi, itu pun gratis.” [Ozi]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu

DODOLIT DODOLTOLSTOY: Catatan Singkat Atas Cerpen Terbaik Kompas 2010

Oleh Akmal Nasery Basral* I/              SEPASANG pembawa acara pada  Malam Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2011  yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta semalam (Senin, 27 Juni) membacakan profil para cerpenis yang karyanya terpilih masuk ke dalam antologi  Cerpen Pilihan Kompas 2010 . Sebuah layar besar memampangkan foto mereka dengan sinopsis cerpen masing-masing.             Saat  Dodolit Dodolit Dodolibret  (selanjutnya ditulis  Dodolit ) karya Dr. Seno Gumira Ajidarma ditampilkan, yang terbaca oleh saya ’kisah Guru Kiplik yang mengajari penduduk sebuah pulau terpencil cara berdoa yang benar. Usai mengajar guru itu pergi dari pulau. Penduduk yang merasa belum bisa memahami cara berdoa yang benar, mengejar perahu sang guru dengan cara berlari di atas air.’ Kira-kira seperti itulah sinopsis yang tersaji di layar. Dari informasi sesingkat itu -- selain saya juga belum membaca versi lengkap  Dodolit  – pikiran saya secara spontan teringat nama seorang penulis Rusi

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI