Oleh Arfan Fathoni* MENYIMAK esai F Aziz Manna yang berjudul “Tiga Aliran Puitika Jawa Timur” sangat terasa sekali bahwa para kritikus (atau pengamat?) sastra kita masih gemar dengan kanalisasi dan dikotomi, membagi-bagi masyarakat menjadi beberapa blok. Di satu sisi, hal ini dapat memudahkan kita dalam mengidentifikasi, lebih-lebih meneliti secara mendalam sebuah kelompok dan estetika yang diusung suatu kelompok. Namun, di sisi lain, pendikotomian itu tak pelak akan menimbulkan pola-pola pemikiran bahwa hubungan dalam sastra ternyata kurang lebih sama dengan hubungan gangster. Di mana, seseorang harus bergabung dengan seseorang yang lain untuk menghadapi kelompok lain. Aziz membagi aliran puitika Jawa Timur dalam tiga kelompok besar : aliran para pemilik teguh puisi gelap, aliran para peyakin puisi terang, dan aliran alternatif penganjur suara-suara lain yang dipelopori oleh W Haryanto. Pembagian ini sendiri sudah mengesankan hal yang berbau Surabaya-sentris. Artinya, pemba...
sastra ialah sesuatu yang tumbuh dari segala keterasingan, kesunyian serius yang tercipta ketika manusia dalam keadaan terdesak! namun sastra (harus) serius? tidak juga!