Langsung ke konten utama

Peserta Undangan Pilihan TSI IV di Ternate

 
32 SASTRAWAN YANG DIUNDANG
PILIHAN TSI-4 SESUAI HASIL SIDANG KEDUA
DEWAN KURATORTSI-4
TANGGAL 10-11 SEPT 2011 DI JAKARTA
1. Arafat Nur -- Aceh (Cerpen)
2. Raisya Kamila -- Aceh (Puisi)
3. Hasan Al Banna -- Sumatera Utara (Cerpen)
4. Heru JP -- Sumatera Barat (Puisi)
5. Jumardi Putra -- Jambi (Puisi)
6. Sulaiman Djaya -- Banten (Puisi)
7. Anis Sayidah -- Jawa Barat (Puisi)
8. Nana Riskhi Susanti -- Jawa Tengah (Puisi)
9. Mahwi Air Tawar -- DI Yogyakarta (Cerpen)
10. A. Muttaqin -- Jawa Timur (Puisi)
11. M. Faizi -- Jawa Timur (Puisi)
12. Ni Made Purnamasari -- Bali (Puisi)
13. Morika Tetelepta -- Maluku (Puisi)
14. M. Irfan Ramly -- Maluku (Puisi)
15. Nersalya Renata -- Jakarta (Puisi)
16. Irianto Ibrahim -- Sulawesi Tenggara (Puisi)
17. Benny Arnas -- Sumatera Selatan (Cerpen)
18. Bernard Batubara -- Kalimantan Barat (Cerpen)
19. Pringadi Abdi Surya -- Nusa Ternggara Barat (Cerpen)
20. Fitri Yani -- Lampung (Puisi)
21. Agit Yogi Subandi -- Lampung (Puisi)
22. Sunlie Thomas Alexander -- Bangka Belitung (Cerpen)
23. Arman AZ -- Lampung (Cerpen)
24. Eko Putra -- Sumatera Selatan (Puisi)
25. Ahmad Faisal Imron -- Jawa Barat (Puisi)
26. Dhenny Jatmiko -- Jawa Timur (Puisi)
27. Fina Sato -- Jawa Barat (Puisi)
28. Husnul Khuluqi -- Banten (Puisi)
29. Pranita Dewi -- Bali (Puisi)
30. Sofyan Daud -- Maluku Utara (Puisi)
31. Indrian Koto -- D I Yogyakarta (Puisi)
32. Gunawan Triatmojo -- Jawa Tengah (Cerpen)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu...

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI...

Togog

Togog adalah tokoh wayang yang digunakan pada lakon apapun juga di pihak raksasa. Ia sebagai pelopor petunjuk jalan pada waktu raksasa yang diikutinya berjalan ke negeri lain. Pengetahuan Togog dalam hal ini, karena ia menjelajah banyak negeri dengan menghambakan dirinya, dan sebentar kemudian pindah pada majikan yang lain hingga tak mempunyai kesetiaan. Karena itu kelakuan Togog sering diumpamakan pada seseorang yang tidak setia pada pekerjaannya dan sering berganti majikan. Ia bersahabat dengan Semar dan terhitung lebih tua Togog daripada Semar, maka Semar memanggil Togog dengan sebutan Kang Togok. Di mana Togog menghamba tentu dipercaya oleh sang majikan untuk memerintah bala tentara yang akan berangkat ke negeri lain. Waktu ia mendapat perintah untuk memberangkatkan bala tentara tersebut, dalang akan mengucapkan kata-kata sebagai berikut: Tersebutlah lurah Wijayamantri (Togog) telah tiba di tempat para raksasa berkumpul, memerintahkan kepada Klek-engklek Balung atandak untuk bersia...