Langsung ke konten utama

Penghargaan Sastra ‘KSI Awards’ 2011


Bulan Desember 2011 Komunitas Sastra Indonesia (KSI) berusia 15 tahun. Untuk memaknai usia yang sudah cukup dewasa itu, kami akan memberikan KSI Awards kepada penyair yang puisinya dinilai terbaik oleh sebuah Tim Juri. Penghargaan -- berupa uang tunai dan piagam penghargaan -- tersebut akan diserahkan pada malam pembukaan Kongres KSI yang akan diadakan di Jakarta pada bulan Januari 2012.
Syarat-syarat bagi calon peraih KSI Awards adalah sbb.
  1. Terbuka bagi semua penyair yang aktif atau pernah aktif di suatu komunitas sastra di Indonesia dan luar negeri, tanpa dibatasi usia dan tempat tinggal.
  2. Mengirimkan 5 puisi terbaru (ciptaan tahun 2010-2011) yang belum pernah dipublikasikan dan belum pernah dibukukan.
  3. Tema puisi bebas, diutamakan yang bernuansa lokal, atau kesan puitik tentang situasi kota tempat tinggal penyair.
  4. Naskah puisi, disertai biografi singkat dengan menyebutkan komunitas sastra yang pernah diikuti, dan foto diri, dikirimkan melalui email ke ksastraindonesia@yahoo.co.id, CC ke shobir_ksi@yahoo.co.id, bwdwidi@yahoo.com, dan ahmadun.yeha@gmail.com.
  5. Naskah harus sudah sampai ke email tersebut di atas (Panitia) paling lambat 30 Oktober 2011 pukul 12.00 WIB.
  6. Dewan Juri akan memilih satu puisi “Juara Utama” yang berhak menerima KSI Awards 2011, empat “Puisi Unggulan” penerima penghargaan “Karya Terpuji”, serta 95 puisi pilihan untuk dibukukan bersama karya-karya para “Penyair Tamu” yang dipilih oleh Panitia Kongres.
  7. Para pemenang akan diundang ke Jakarta untuk menerima Penghargaan yang akan diserahkan pada malam pembukaan Kongres KSI 2012, di Jakarta, pada bulan Januari 2012.
 Selamat berkarya terbaik untuk meraih KSI Awards 2012.

Jakarta, 17 September 2011
PANITIA KSI AWARD 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu

DODOLIT DODOLTOLSTOY: Catatan Singkat Atas Cerpen Terbaik Kompas 2010

Oleh Akmal Nasery Basral* I/              SEPASANG pembawa acara pada  Malam Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2011  yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta semalam (Senin, 27 Juni) membacakan profil para cerpenis yang karyanya terpilih masuk ke dalam antologi  Cerpen Pilihan Kompas 2010 . Sebuah layar besar memampangkan foto mereka dengan sinopsis cerpen masing-masing.             Saat  Dodolit Dodolit Dodolibret  (selanjutnya ditulis  Dodolit ) karya Dr. Seno Gumira Ajidarma ditampilkan, yang terbaca oleh saya ’kisah Guru Kiplik yang mengajari penduduk sebuah pulau terpencil cara berdoa yang benar. Usai mengajar guru itu pergi dari pulau. Penduduk yang merasa belum bisa memahami cara berdoa yang benar, mengejar perahu sang guru dengan cara berlari di atas air.’ Kira-kira seperti itulah sinopsis yang tersaji di layar. Dari informasi sesingkat itu -- selain saya juga belum membaca versi lengkap  Dodolit  – pikiran saya secara spontan teringat nama seorang penulis Rusi

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI