-Oleh Eva Dwi Kurniawan
Kini, wacana yang paling santer dalam berbagai diskusi dan kajian ialah adanya konsep 'multikultural'. Konsep ini telah merambah ke dalam bidang keilmuan. Konon, konsep ini hadir di Amerika akibat kondisi di negara tersebut yang memang, sangat pluralis. Dan melalui pendidikanlah konsep ini akhirnya diterapkan di negeri Paman Sam tersebut. Sangat sederhana memang konsep yang ditawarkan, namun tidak juga mudah untuk diterapkan. Yakni, pendidikan dilakukan dengan melihat latar belakang peserta didik. Contoh konkret misalnya jika dalam konteks Indonesia, seorang guru tidak dapat dikatakan profesional jika memberikan contoh suatu hal kepada peserta didiknya yang berlatar belakang daerah pesisir dengan contoh-contoh kata yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat kota; PS, KFC, McDonal, misalnya. Hal ini bukan dimaksudkan sebagai sikap superior anak-anak kota, namun lebih ditekankan kepada pemahaman yang lebih dekat dengan warna lokal.Hal inilah yang sebenarnya ingin dilakukan oleh pendekatanmultikultural.
Tampaknya, konsep tersebut telah menjalar ke dalam dunia sastra. Pertanyaan yang kemudian muncul ialah, bagaimanakah sebuah karya sastra disebut sebagai sastra multikultural? dan konsep-konsep apakah yang dapat dimasukkan sebagai konsep sastra multikultural?
Kini, wacana yang paling santer dalam berbagai diskusi dan kajian ialah adanya konsep 'multikultural'. Konsep ini telah merambah ke dalam bidang keilmuan. Konon, konsep ini hadir di Amerika akibat kondisi di negara tersebut yang memang, sangat pluralis. Dan melalui pendidikanlah konsep ini akhirnya diterapkan di negeri Paman Sam tersebut. Sangat sederhana memang konsep yang ditawarkan, namun tidak juga mudah untuk diterapkan. Yakni, pendidikan dilakukan dengan melihat latar belakang peserta didik. Contoh konkret misalnya jika dalam konteks Indonesia, seorang guru tidak dapat dikatakan profesional jika memberikan contoh suatu hal kepada peserta didiknya yang berlatar belakang daerah pesisir dengan contoh-contoh kata yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat kota; PS, KFC, McDonal, misalnya. Hal ini bukan dimaksudkan sebagai sikap superior anak-anak kota, namun lebih ditekankan kepada pemahaman yang lebih dekat dengan warna lokal.Hal inilah yang sebenarnya ingin dilakukan oleh pendekatanmultikultural.
Tampaknya, konsep tersebut telah menjalar ke dalam dunia sastra. Pertanyaan yang kemudian muncul ialah, bagaimanakah sebuah karya sastra disebut sebagai sastra multikultural? dan konsep-konsep apakah yang dapat dimasukkan sebagai konsep sastra multikultural?
Komentar