Langsung ke konten utama

Dewan Kesenian Surabaya Jaring Sastrawan Kampung

 
 
 
Program Halte Sastra Dewan Kesenian Surabaya/ DKS membuka peluang bagi sastrawan muda di wilayah Surabaya dan sekitarnya untuk mendaftarkan diri dengan mengirimkan karya-karyanya. Selanjutnya, karya-karya sastrawan muda yang dinilai layak akan dibukukan serta dijadwal untuk dibaca dan diapresiasi di Galeri Surabaya, Kompleks Balai Pemuda, Jl. Gubernur Suryo 15.
“Teknis penjaringan sastrawan muda ini cukup mengirimkan 10 karya puisi atau 4 karya cerpen ke alamat email: komite_sastra_dks@yahoo.com atau dikirim langsung ke Sekretariat DKS di Kompleks Balai Pemuda. Setiap pengirim harus menyertakan biodata dan nomor telepon (HP) yang bisa dihubungi. Pengiriman bisa dimulai sekarang sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Syaratnya berusia tak lebih dari 35 tahun, berdomisili di wilayah Surabaya dan sekitarnya,” terang Direktur Halte Sastra DKS, Ribut Wijoto.
Menurut Ribut, dibuka pendaftaran semacam ini untuk menjaring para sastrawan di kampung-kampung. Sebelumnya, program Halte Sastra DKS masih sebatas menjaring sastrawan muda dari kalangan kampus. “Kalau sastrawan di kampung-kampung kan susah mendeteksinya. Karenanya kami buka peluang dengan cara pendaftaran seperti ini,” ujarnya.
Karya-karya sastra dari setiap pengirim nantinya dikurasi dan yang terpilih akan dibukukan oleh Komite Sastra DKS. “Selanjutnya, pengarangnya diundang untuk membacakan karyanya di acara Halte Sastra untuk diapresiasi dihadapan penikmat sastra,” terangnya.
Acara Halte Sastra DKS sejatinya telah digelar sejak Juli 2009 setiap bulan sekali. Biasanya ada dua pengarang yang karyanya dibukukan. Lantas penyairnya diundang untuk membacakan karyanya dan mendiskusikan proses kreatif serta gagasan pengarangnya di Galeri Surabaya.
Puluhan sastrawan muda telah membacakan karya beserta gagasan penciptaannya di even ini, di antaranya Arif Junianto, Timur Budi Radja, Asif, Dody Kristianto, Joko Susilo, Gita Pratama, Nisa Ayu Amelia, Umar Fauzi, Aferu Fajar, dan lain sebagainya.
Tidak hanya melulu sastrawan muda, Halte Sastra kadangkala juga mengakomodasi sastrawan Surabaya yang telah mapan. Semisal Widodo Basuki, Lan Fang, dan M Ansor Syahroni. Bahkan, sastrawan luar Jawa Timur pun sempat tertarik dan akhirnya mengisi acara ini.
"Afrizal Malna pernah. Ketika itu launching empat kumpulan puisinya. Begitu pula dengan Timur Sinar Suprabana, Beno Siang Pamungkas, Mahwi Air Tawar, Sungging Raga dan lain-lain. Jadi kita terbuka bagi semua sastrawan meski tetap memberi prioritas kepada sastrawan muda," kata Ketua Umum DKS Sabrot D Malioboro.
Selama mengarungi lebih dari setahun ini, Halte Sastra DKS dengan didukung Dewan Kesenian Jawa Timur telah berhasil menerbitkan lebih dari 10 judul buku. "Tetapi buku-buku dari sastrawan muda itu masih dicetak terbatas, pakai Print on Demand (POD) . Buku dibagikan gratis setiap kali Halte Sastra digelar. Mungkin suatu saat nanti dicetak lebih banyak kalau sudah ada dana atau kerjasama dengan penerbit," imbuh Sabrot. (nif)

Contact Person:
Ribut Wijoto 085746482883
Hanif Nashrullah 08174802453

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu

DODOLIT DODOLTOLSTOY: Catatan Singkat Atas Cerpen Terbaik Kompas 2010

Oleh Akmal Nasery Basral* I/              SEPASANG pembawa acara pada  Malam Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2011  yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta semalam (Senin, 27 Juni) membacakan profil para cerpenis yang karyanya terpilih masuk ke dalam antologi  Cerpen Pilihan Kompas 2010 . Sebuah layar besar memampangkan foto mereka dengan sinopsis cerpen masing-masing.             Saat  Dodolit Dodolit Dodolibret  (selanjutnya ditulis  Dodolit ) karya Dr. Seno Gumira Ajidarma ditampilkan, yang terbaca oleh saya ’kisah Guru Kiplik yang mengajari penduduk sebuah pulau terpencil cara berdoa yang benar. Usai mengajar guru itu pergi dari pulau. Penduduk yang merasa belum bisa memahami cara berdoa yang benar, mengejar perahu sang guru dengan cara berlari di atas air.’ Kira-kira seperti itulah sinopsis yang tersaji di layar. Dari informasi sesingkat itu -- selain saya juga belum membaca versi lengkap  Dodolit  – pikiran saya secara spontan teringat nama seorang penulis Rusi

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI