Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2011

Penghargaan Sastra ‘KSI Awards’ 2011

Bulan Desember 2011 Komunitas Sastra Indonesia (KSI) berusia 15 tahun. Untuk memaknai usia yang sudah cukup dewasa itu, kami akan memberikan KSI Awards kepada penyair yang puisinya dinilai terbaik oleh sebuah Tim Juri. Penghargaan -- berupa uang tunai dan piagam penghargaan -- tersebut akan diserahkan pada malam pembukaan Kongres KSI yang akan diadakan di Jakarta pada bulan Januari 2012. Syarat-syarat bagi calon peraih KSI Awards adalah sbb. Terbuka bagi semua penyair yang aktif atau pernah aktif di suatu komunitas sastra di Indonesia dan luar negeri, tanpa dibatasi usia dan tempat tinggal. Mengirimkan 5 puisi terbaru (ciptaan tahun 2010-2011) yang belum pernah dipublikasikan dan belum pernah dibukukan. Tema puisi bebas, diutamakan yang bernuansa lokal, atau kesan puitik tentang situasi kota tempat tinggal penyair. Naskah puisi, disertai biografi singkat dengan menyebutkan komunitas sastra yang pernah diikuti, dan foto diri, dikirimkan melalui email ke ksa

TUNGGU!

  Cerpen Djenar Maesa Ayu     Waktu menunjuk pukul tujuh. Di sudut kafe ketiak saya berpeluh. Namun tak bisa mengeluh. Kecuali pada ponsel yang suaranya tak juga melenguh. Dua belas jam yang lalu ada yang mengaku akan datang. Yang saya harapkan selalu di kafe itu senyumnya akan mengembang. Ketika melihat saya. Karena berdekatan dengan pujaan hati, katanya. Biasanya kami akan menghabiskan waktu dengan percakapan. Saling bertatapan. Saling bertukar harapan. Harapan untuk bisa merapat dan berdekapan. Di suatu tempat yang jauh dari kegaduhan. Namun, sebenarnya, hati saya selalu gaduh. Ketika di atas tubuhnya saya mengaduh. Karena setelahnya saya akan mengeluh. Bertanya, ke manakah hubungan ini akan berlabuh? ”Kenapa perlu dipertanyakan, Sayang. Kita sedang berlabuh ke sebuah ketidak-tahuan yang memabukkan.” ”Hah?!” Saya bukan orang yang mengerti bahasa isyarat. Apalagi kalau itu mengandung makna filosofis berat. Saya cuma tahu karena saya merasa. Bukan karena teori-teori yan

Cas Cis Cus

Cerpen Aba Mardjani Rapat dibuka bakda Isya ketika gerimis tiris dan langit malam menghamparkan warna abu-abu pucat. Sekitar 15 kepala keluarga Cibaresah berkumpul di rumah Munar. Mereka mau memenuhi undangan lantaran pengundangnya sesepuh desa. Sebagian dengan perasaan terpaksa dan masygul. Sebagian lagi cari angin. Sebagian karena ingin ngerumpi. Cuma Casmidi yang tidak hadir. Karena dia tidak diundang. Karena dialah yang membuat sesepuh desa bernama Munar menggelar rapat pada hari itu. Tapi, istri dan anaknya ada di sana. Munar, sang sesepuh desa, berusia hampir 70-an. Meskipun kulit tubuhnya dipenuhi keriput sekujurnya, kegesitannya belum banyak tergerus. Meskipun juga tidak jelas apa mata pencahariannya, Munar mampu memberi makan empat istri dengan masing-masingnya memiliki tiga hingga lima anak. Cucunya belasan. Namun, ini memang bukan cerita tentang Munar yang—meskipun sepuh tapi—matanya masih selalu menyemburkan api bila melihat wanita muda dan cantik. Ini soal Ca

Pengembalian Artikel Kompas

NB : walaupun ini artikel penolakan dari Kompas, saya tetap bangga karena dibalas langsung oleh Kompas, he3 Jakarta, 20 September 2011 Yth. Sdr. Dody Kristianto - Disertai salam dan hormat, Kami memberitahukan bahwa pada tanggal 3 Juni 2011 Redaksi Kompas telah menerima cerpen Anda berjudul "Ahasveros" yang dikirimkan dengan Email/Internet. Terimakasih atas partisipasi dan kepercayaan yang Anda berikan kepada Kompas . Namun setelah kami membaca, kami menilai cerpen tersebut tidak sesuai untuk Kompas . Maka bersama surat ini kami kirimkan kembali cerpen Anda. Hormat kami, Redaktur Desk Non Berita Myrna Ratna Krtiteria umum untuk cerpen Kompas, m aksimal 10.000 karakter termasuk spasi atau 8 halaman kuarto

Gerilya Khusyuk Pengabdi Sastra

NB : ini ada rame-rame lagi di FB. pada mulanya adalah wawancara harian Sindo terhadap Ribut Wijoto, tapi tiba-tiba tag-tagan ini berubah jadi ajang mengadili dan menyerang seorang tokoh seni di Surabaya, Riadi Ngasiran. untuk lebih jelasnya, silahkan disimak! Sejak tahun 2009 diskusi sastra di Galeri Surabaya Jalan Pemuda mulai menggeliat lagi. Setiap bulan sekali para sastrawan muda berkumpul dalam acara Halte Sastra. Menggelar kegiatan rutin nirlaba semacam ini butuh kekhusyukan tak berujung. Ribut Wijoto, sebagai koordinator pelaksana Halte Sasta telah melakoninya. Baginya hal itu merupakan bentuk pengabdian dari seorang penyair yang gagal. Berikut wawancara Harian SINDO dengan Ribut Wijoto. Sejak kapan kenal sastra? Sejak tahun 1994, ketika terlibat di komunitas Gapus (Gardu Puisi).Kebetulan saya tahun itu diterima masuk di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Unair. Saat itu langsung tertarik atau hanya sekadar tahu? Langsung tertarik dong. Saya kan kul

Kunang-kunang di Langit Jakarta

Cerpen Agus Noor Ia kembali ke kota ini karena kunang-kunang dan kenangan. Padahal, ia berharap menghabiskan liburan musim panas di Pulau Galapagos—meski ia tahu, kekasihnya selalu mengunjungi pulau itu bukan karena alasan romantis, tapi karena kura-kura. Kura-kura itu bernama George. Mata Peter akan berbinar setiap menceritakannya. Ia termasuk keturunan langsung spesies kura-kura yang diamati Charles Darwin ketika merumuskan teori evolusinya pada abad ke-19. Berapa kali ia sudah mendengar Peter mengatakan itu? Kau harus melihat sendiri, betapa cakepnya kura-kura itu. Ia botak dan bermata besar. Ia tua dan kesepian memang. Namun, sebentar lagi ia akan punya keturunan. Ada benarnya juga kelakar teman- temannya. ”Kau tahu, Jane, itulah risiko punya pacar zoologist. Kamu harus lebih dulu menjadi primata yang menarik untuk membuatnya tertarik bercinta denganmu.” ”Justru itulah untungnya. Aku tak perlu cemas. Karena Peter lebih tertarik memperhatikan binatang langka ketimban

Cerpenis TSI IV

CERPEN Nama                                                          Judul Cepen                                      Daerah Asal   Eko     Triono                      Penggiring Tikus                              DI.  Yogyakarta Bamby Cahyadi                Malaikat yang Mencintai Senja    DKI  Jakarta Ria Ristiana Dewi             Borugo                                                Sumatera Utara Tjak S. Parlan                    Rumah Ayah dan Kisah Lainnya   NTB Miftah Fadhli                     Tertawa, Meja Kesayangan           Depok Andika Sahara                  Bukit Patah Sembilan                      Sumatera Barat         Neneng Nurjanah             Warung Kupat Tahu                         Jawa Barat Muhammad Nasir Age    Si Budog Anjing Nek Akob              Aceh   Syarif Hidayatullah         Orang Gila Dari Gang Delima         DKI Jakarta      10.  Rahmat Heldy HS            Jebah                                                  Banten     11.  Norman Er

Peserta Undangan Pilihan TSI IV di Ternate

  32 SASTRAWAN YANG DIUNDANG PILIHAN TSI-4 SESUAI HASIL SIDANG KEDUA DEWAN KURATORTSI-4 TANGGAL 10-11 SEPT 2011 DI JAKARTA 1. Arafat Nur -- Aceh (Cerpen) 2. Raisya Kamila -- Aceh (Puisi) 3. Hasan Al Banna -- Sumatera Utara (Cerpen) 4. Heru JP -- Sumatera Barat (Puisi) 5. Jumardi Putra -- Jambi (Puisi) 6. Sulaiman Djaya -- Banten (Puisi) 7. Anis Sayidah -- Jawa Barat (Puisi) 8. Nana Riskhi Susanti -- Jawa Tengah (Puisi) 9. Mahwi Air Tawar -- DI Yogyakarta (Cerpen) 10. A. Muttaqin -- Jawa Timur (Puisi) 11. M. Faizi -- Jawa Timur (Puisi) 12. Ni Made Purnamasari -- Bali (Puisi) 13. Morika Tetelepta -- Maluku (Puisi) 14. M. Irfan Ramly -- Maluku (Puisi) 15. Nersalya Renata -- Jakarta (Puisi) 16. Irianto Ibrahim -- Sulawesi Tenggara (Puisi) 17. Benny Arnas -- Sumatera Selatan (Cerpen) 18. Bernard Batubara -- Kalimantan Barat (Cerpen) 19. Pringadi Abdi Surya -- Nusa Ternggara Barat (Cerpen) 20. Fitri Yani -- Lampung (Puisi) 21. Agit Yogi Subandi -- Lampung (Puisi) 2

Peserta Terpilih Temu Sastrawan Indonesia (TSI IV) di Ternate

Setelah menimbang, mempelajari, memilih dan memilah dengan cermat, maka dari 495 Penyair yang mengirimkan karyanya ke dewan kurator TSI-4, maka kami telah menetapkan 81 orang Penyair yang karya lolos seleksi sesuai hasil sidang kedua dewan kuratorTSI-4 tanggal 10-11 sept 2011 di Jakarta 1. Abdul Salam HS Banten 2. Ahmad Faqih Mahfuz Yogyakarta 3. Adin Jawa Tengah 4. Adri Sandara Sumatera Barat 5. AF Kurniawan Jawa Tengah 6. A. Faruqi Munif Jawa Timur 7. Ahmad Davis K Jambi 8. Ahmad Syahid Jawa Barat 9. Alek Subairi Jawa Timur 10. Alex R Nainggolan Jakarta 11. Arizal Tanjung Sumatera Barat 12. Alya Salasha Sinta Bekasi 13. Amin Basiri Jawa Timur 14. Arther Panther Oli Sulawesi Utara 15. Bambang Widiatmo Jakarta 16. Boedi Ismanto SA Yogyakarya 17. Damiri Mahmud Sumatera Utara 18. Dedi Supendra Sumatera Barat 19. Dedi Triadi Malang 20. Dian Hartati Jawa Barat 21. Dino Umahuk Ternate 22. Dody Kristianto Jawa Timur 23. Doel CP Alisah Aceh 24. Dwi Setyo Wibowo J

Reformasi ala Jenggala

  Esai dari Bung Tomy Welly alias Bung Towel ini sengaja saya copas karena lagi hot-hotnya topik ini. apalagi, hal ini berkaitan dengan kekalahan Indonesia dari timnas Bahrain pada laga Pra-Piala Dunia 2014 Selasa (6/9) lalu di Stadion GBK. Monggo dinikmati. *** Oleh Tommy Welly   Mereka mengklaim dirinya reformis. Misinya mereformasi PSSI. Yang berbeda cara pandang atau berani mengkritik mereka dicap anti perubahan. Stigma pro status quo langsung dilayangkan kepada siapapun yang berani mempertanyakan kebijakan mereka. Seakan-akan hanya mereka-lah yang pro perubahan. Yang lain dianggap sepi, cukup sebagai penonton, lebih baik diam jika tak ingin dicap pro status quo. Sayangnya, meski mengaku-ngaku reformis, perilakunya justru bertolak belakang. Mereka lebih tepat disebut kelompok revolusioner. Semua hal yang terkait dan berbau episode lama era Nurdin Halid disingkirkan. Koban pertama begitu Djohar Arifin Husin naik tahta sebagai Ketua Umum PSSI adalah Alfred Riedl. Ironis

Ular Randu Alas

  Cerpen S Prasetyo Utomo   Tersembunyi kisah rahasia pada sebatang pohon randu alas tua. Tak seorang pun berani menebangnya. Seabad sudah pohon randu alas itu berumur. Aku menduga, pohon randu alas yang menjulang kokoh di tepi jalan pertigaan menuju perumahan tempat tinggalku berumur lebih dari seabad. Sejak aku kecil, pohon randu alas itu telah tumbuh sebesar sekarang—empat rentangan tangan orang dewasa—rindang dan menggugurkan daun-daun kering kekuningan pada musim kemarau. Umurku kini enam puluh dua, sudah beberapa tahun pensiun, menjadi saksi pohon randu alas yang berdiri tegak, rimbun dedaunan, dan dianggap angker. Seekor ular bersarang di rongga lapuk pangkal pohon randu alas yang menganga serupa gua. Bila diintip ke dalam gelap rongga pangkal pohon itu, tampak sepasang mata ular berkilau mengancam. Sepasang mata seekor ular yang siap mematukku, suatu saat bila aku terlena. Sebatang pohon jambu biji tumbuh liar di bawah pohon randu alas—mungkin sisa hutan jambu ya

"Pakiah" dari Pariangan

Cerpen Gus Tf Sakai Bagi orang-orang di kampung itu, cerita tentang pakiah sudah jadi masa lalu. Ia tertinggal dalam surau-surau tua, di tebal debu kitab-kitab kuning yang berhampar-serak, dalam bilik-bilik garin yang daun-daun pintunya telah somplak. Bagi orang-orang yang datang ke kampung itu, ia akan didengar dari mulut orang-orang tua atau tukang cerita, berbaur-biluh dengan kisah para pendekar yang dalam bahasa mereka disebut pandeka. Pakiah dan pandeka, bagi mereka orang-orang Sitalang, memang hampir tak bisa dipisahkan. Bahkan tak jarang, untuk tak mengatakan hampir selalu, dua sebutan itu berada dalam tubuh yang sama. Seseorang menjadi pakiah ketika remaja, menjelma jadi pandeka atau pendekar ketika dewasa. Tentu saja pakiah bisa langsung dikenali, sementara pandeka, orang-orang yang berkemampuan silek (silat) tinggi itu, sering-sering bersembunyi di dalam diri. Tentang bersembunyi di dalam diri, menurut Nek Minah, mereka sebetulnya juga serupa. Hanya karena tugas

Tiga Puisi Vicente Huidobro

NB : Vicente Huidobro ( 1893-1948) adalah salah satu penyair terbesar Cile selain Pablo Neruda. Dia juga termasuk penggagas gerakan "Kreasionisme", sebuah gerakan puisi tahun 27-an yang juga berdiri bersama-sama dengan Ultraismonya Borges dan Modernismonya Ruben Dario. Tiga puisi ini saya sarikan dari Artic Poems dengan penerjemahan dari Google Terjemahan kemudian saya perhalus tata bahasanya. Silahkan dinikmati. M alam Kau mendengar malam meluncur di salju Lagu jatuh dari pohon Dan melalui kabut terdengar suara-suara Aku menyalakan cerutu sekilas Setiap kali saya membuka bibirku Aku banjir kekosongan dengan a sap                                      Di pelabuhan Tiang-tiang penuh sarang . Dan angin                         mengerang dalam sayap burung '       GELOMBANG KARANG KAPAL KARAM Bersiul di pantai ku            Lihatlah bintang yang bersinar antara j em ari ku