Selain karena saya solider dengan teman-teman, alasan saya untuk undur diri dari acara Tadarus Sastra adalah ada nama-nama yang saya nilai tidak (kurang) layak untuk mengisi acara tersebut. Dalam telepon pribadi pada saya, acara Tadarus Sastra ditujukan untuk mereka yang sudah "maestro" dalam ranah kesusastraan Jawa Timur. Tentu saja premis ini menjanjikan. Minimal sejumlah pencapaian saya selama ini mendapat pengakuan, walau saya tetap menilai bahwa diri saya tetaplah belum layak disejajarkan dengan maestro semacam Akhudiat (panitia menyebut nama ini dalam telepon pribadi pada saya).
Akan tetapi, alangkah kecewanya saya begitu panitia mengunggah poster kegiatan tersebut. Selain Mbah Akhudiat nggak tampil, ada beberapa nama yang saya nilai kurang layak untuk tampil pada pagelaran Tadarus Sastra. Dalam asumsi saya, bila saya sendiri masih merasa kurang layak, apalagi nama-nama ini. Ada penyair yang dalam setahun ini (dalam amatan saya) tidak menampakkan karya-karyanya dalam media massa. Ada juga yang hanya menjadi tukang obong-obong dan karyanya juga tidak tampak dalam koran atau menampakkan sesuatu perkembangan yang signifikan. Ada juga nama-nama yang saya tidak kenal. Siapa mereka dan bagaimana karya mereka. Mungkin, panitia memiliki pertimbangan lain untuk mengundang mereka. Akan tetapi, bila Tadarus Sastra adalah acara yang dimaksudkan untuk mereka yang sudah "maestro", semestinya para "maestro" ini adalah mereka yang sudah memiliki nama di Jawa Timur dan telah matang dalam berkarya. Bila penyair muda ditampilkan, seharusnya yang tampil adalah penyair muda dengan pencapaian luar biasa serta dapat diakses karyanya oleh khalayak luas. Itu saja uneg-uneg dari saya. Terima kasih.
Komentar