Langsung ke konten utama

Rumusan dan Rekomendasi PPN V

Puji syukur ke hadirat Allah SWT bahwa Pertemuan Penyair Nusntara (PPN) V telah berlangsung dengan lancar di Palembang, pada tanggal 16—19 Juli 2011. PPN V isi beberapa acara utama, yakni Seminar Internasional Perpuisian Nusantara, penerbitan buku kumpulan puisi Akul...ah Musi, Temu Kerja, Jerayawara (roadshow) Apresiasi Sastra ke beberapa sekolah dan perguruan tinggi , serta Tarung Penyair Nusantara.
I. Rumusan dan Rekomendasi Seminar
Seminar berlangsung sehari penuh dalam 10 sesi, diawali dengan pleno dan dilanjutkan dengan 9 sesi panel dalam 3 kelas paralel, telah menghasilkan rumusan dan rekomendasi sebagai berikut.
1. Ruh puisi nusantara tidak terlepas dari kebudayaan dan masyarakat nusantara. Oleh karena itu, diperlukan: (a) pertemuan yang intensif secara periodik dan berkelanjutan antar penyair nusantara; (b) penerbitan antologi puisi karya penyair nusantara di luar PPN; (c) pemanfaatan internet untuk kegiatan publikasi puisi dan kritik puisi secara daring (online) yang dapat diakses secara luas; (d) pengembangan kritik puisi melalui berbagai pendekatan yang memungkinkan terungkapnya kekayaan teks puisi berkenaan dengan ruh puisi nusantara; (e) pemahaman atas ruh puisi nusantara dapat menjadi jembatan untuk memahami kebudayaan dan masyarakat nusantara.
2. Media massa cetak maupun elektronik masih berpengaruh dalam sejarah perkembangan puisi nusantara mutakhir, oleh sebab itu diperlukan komitmen dari insan atau pelaku pers untuk mempertahankan keberadaan rubrik puisi. Bagi media massa yang tidak memiliki rubrik puisi dianjurkan untuk mengadakan atau menyediakannya.
3. Penyair perlu memperhatikan fungsi dan sifat media massa yang tepat, ringkas, dan aktual agar tercipta bentuk estetika baru yang merepresentasikan puisi media massa.
4. Media massa digital terutama internet, telah menunjukkan peran dan fungsi yang besar dalam perluasan ruang publikasi puisi. Namun, untuk menghindari degradasi nilai puitika diperlukan sistem seleksi pada puisi yang akan diunggah, dengan tanpa mengurangi sifat-sifat internet sebagai media yang sangat terbuka bagi kebebasan berkreasi. Oleh karena itu setiap situs web sastra harus menempatkan editor yang memiliki kompetensi bahasa dan sastra.
5. Pertemuan Penyair Nusantara selanjutnya diharapkan mengakomodasi berbagai jenis puisi klasik dan kontemporer.
6. Pelaksanaan pengajaran sastra di lembaga pendidikan, sebagai bagian dari strategi kebudayaan nusantara, khususnya pengajaran puisi, sangat memerlukan kreativitas guru/pengajar guna memaksimalkan hasil pembelajaran dan mengatasi hambatan yang ada.
7. Pemerintah wajib menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran sastra khususnya pengajaran puisi.
8. Untuk menciptakan komunikasi yang baik antara penyair dan dunia pendidikan serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran puisi, para penyair harus lebih aktif membantu proses pembelajaran di sekolah.
II. Hasil Temu Kerja
Temu Kerja dalam rangka PPN V diikuti wakil-wakil dari Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Singapura. Musyawarah dalam Temu Kerja tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut.
1. PPN VI 2012 akan dilaksanakan di Jambi, Indonesia.
2. Delegasi dari Singapura menyanggupi menjadi tuan rumah PPN VII tahun 2013.
3. Guna meningkatkan manfaat PPN bagi peserta dan masyarakat sastra di nusantara, penyelenggara PPN seyogyanya melaksanakan kegiatan pokok berupa: (a) penerbitan buku antologi puisi peserta melalui sistem kurasi yang dapat dipertanggungjawabkan; (b) seminar puisi internasional; (c) temu kerja antardelegasi negara peserta; (d) jerayawara (road show) ke sekolah, perguruan tinggi, dan komunitas; serta (e) panggung pertunjukan puisi dan panggung tarung penyair nusantara.
4. Merekomendasikan kepada penyelenggara PPN berikutnya untuk memberikan penghargaan kepada penyair terpilih dengan nama Anugerah Penyair Nusantara.

5. Pemerintah yang menjadi tuan rumah agar memfasilitasi secara penuh penyeleganggaraan PPN.
6. Memandatkan kepada panitia PPN VI untuk mengajak Filipina, Vietnam, Kamboja dan Timor Leste menjadi peserta PPN VI.

Palembang, 18 Juli 2011

TIM PERUMUS PPN V:
Ahmadun Yosi Herfanda (Indonesia) Ketua
Zulkhair Ali (Indonesia) Anggota
Anwar Putra Bayu (Indonesia) Anggota
Fakhrunnas MA Jabbar (Indonesia) Anggota
Chavchay Syaifullah (Indonesia) Anggota
Isbedy Stiawan ZS (Indonesia) Anggota
Ahmad MD Tahir (Singapura) Anggota
Nor Herman Maryuti (Singapura) Anggota
Dimas Arika Mahasdya (Indonesia) Anggota
Jamal Tukimin (Singapora) Anggota
M Husyairi (Indonesia) Anggota
Aprion (Indonesia) Anggota
Suyadi San (Indonesia) Anggota
Dad Murniah (Indonesia) Anggota
Gunoto Saparie (Indonesia) Anggota
Nik Abdul Rakib Nik Hassan (Thailand) Anggota
Mohamad Saleh Rahamad (Malaysia) Anggota
Shamsudin Othman (Malaysia) Anggota
Eva Rosdiana (Indonesia) Anggota
Zeffri Ariff (Brunei Darussalam) Anggota
Eva Rosdiana (Indonesia) Anggota
 NB : kerana saya tak dapat hadir, bolehlah bila info ini aku share kepada hadirin yang berbahagia...he3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu

DODOLIT DODOLTOLSTOY: Catatan Singkat Atas Cerpen Terbaik Kompas 2010

Oleh Akmal Nasery Basral* I/              SEPASANG pembawa acara pada  Malam Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2011  yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta semalam (Senin, 27 Juni) membacakan profil para cerpenis yang karyanya terpilih masuk ke dalam antologi  Cerpen Pilihan Kompas 2010 . Sebuah layar besar memampangkan foto mereka dengan sinopsis cerpen masing-masing.             Saat  Dodolit Dodolit Dodolibret  (selanjutnya ditulis  Dodolit ) karya Dr. Seno Gumira Ajidarma ditampilkan, yang terbaca oleh saya ’kisah Guru Kiplik yang mengajari penduduk sebuah pulau terpencil cara berdoa yang benar. Usai mengajar guru itu pergi dari pulau. Penduduk yang merasa belum bisa memahami cara berdoa yang benar, mengejar perahu sang guru dengan cara berlari di atas air.’ Kira-kira seperti itulah sinopsis yang tersaji di layar. Dari informasi sesingkat itu -- selain saya juga belum membaca versi lengkap  Dodolit  – pikiran saya secara spontan teringat nama seorang penulis Rusi

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI