Langsung ke konten utama

Undangan Menulis Puisi di Buku Antologi Puisi Jember-Yogja PP

Penting untuk menjembatani puisi dan penyair yang berada di dua wilayah yang berbeda. Baiklah, internet memang berdaya melakukan itu, tetapi keterbatasan kita sendirilah yang seringkali tak dapat mengimbangi kecepatan internet. Di internet, puisi cepat datang sekaligus lekas berlalu, sehingga sangat rentan luput disematkan kedalaman. Oleh sebab itu ada sejenis kepercayaan bahwa tradisi cetak masih harus tetap dijaga. Dengan begitu, puisi yang dilahirkan dengan kerja keras itu menemukan rumah yang lebih awet.

Pembuatan buku antologi puisi dua kota ini sekedar jembatan kecil saja di mana para penyair dari Jember dan Yogja dapat berjalan santai berbarengan. Puisi-puisi akan dipertemukan dalam satu jilid buku, dan penyair dari Jember dan Yogja barangkali akan bersalam-salaman dan berbagi sedikit hal prihal proses kreatif masing-masing.

Kenapa hanya Jember dan Yogja? Jika ada yang bertanya demikian, maka jawabannya sederhana, karena untuk sementara ini cuma dua kota ini yang saling terhubung satu sama lain lewat percakapan-percakapan sejumlah personal. Jember diwakili oleh Kelompok Tikungan, sedangkan Yogja diwakili oleh Indie Book Corner (IBC). Kawin silang antara Tikungan dan IBC lah yang memungkinkan pembuatan antologi ini. Pada antologi puisi berikutnya, sangat mungkin untuk melibatkan lebih banyak kota, tentu dengan sedikit pra kondisi.

Berikut ketentuan-ketentuan menjadi penulis pada buku antologi puisi edisi pertama ini:

Ketentuan Umum

1.      Tema puisi bebas
2.      Seluruh puisi yang dikirimkan merupakan karya sendiri, tidak sedang diikutkan pada lomba atau pembuatan antologi serupa dan belum pernah dipublikasikan di media cetak.
3.      Setiap penyair mengirim sekurang-kurangnya dua judul puisi dan tanpa batas maksimal.
4.      Pengiriman puisi paling lambat pada tanggal 13 Juli 2011 pukul 00.00 WIB.

Ketentuan Khusus

Penyair berasal dari Jember atau Yogja, terbuka pula untuk penyair yang pernah menetap/berproses di Jember atau Yogja setidaknya satu tahun.

Ketentuan Teknis
1.      Puisi dikirim via email ke antologipuisi@gmail.com; subyek email untuk Jember adalah Jember (spasi) Nama Penyair, sementara untuk Yogja adalah Yogja (spasi) Nama Penyair.
2.      Menyertakan CV dan biografi secukupnya di halaman terpisah.

Ketentuan tambahan
1.      Kurator akan memilih 100 judul puisi pilihan yang masuk ke dalam antologi, yakni 50 judul puisi dari Yogja dan 50 puisi dari Jember.
2.      Pada tahap pemilihan, nama penyair akan diganti dengan kode khusus sehingga kurator hanya memilih puisi tanpa disertai nama penyair.
3.      Untuk sementara kami mohon maaf tidak bisa memberikan honorarium untuk puisi yang terpilih. Tiap penyair yang puisinya terpilih akan mendapatkan beberapa eksemplar buku.

Kontak
Yogja: Irwan Bajang (081927595022)
Jember: Zaki (081803524343)

Jabat erat,
Kelompok Tikungan
Indie Book Corner (IBC)

Komentar

Anonim mengatakan…
saya pernah menulis beberapa puisi, bisa tolong beri masukan tentang tulisan-tulisan saya?
hem, di manakah tulisan Anda bila saya boleh membacanya?
Anonim mengatakan…
saya menulisnya di multiply, namun tidak diposting dengan rapi. bisa dilihat di rotacse.multiply.com

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu

DODOLIT DODOLTOLSTOY: Catatan Singkat Atas Cerpen Terbaik Kompas 2010

Oleh Akmal Nasery Basral* I/              SEPASANG pembawa acara pada  Malam Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2011  yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta semalam (Senin, 27 Juni) membacakan profil para cerpenis yang karyanya terpilih masuk ke dalam antologi  Cerpen Pilihan Kompas 2010 . Sebuah layar besar memampangkan foto mereka dengan sinopsis cerpen masing-masing.             Saat  Dodolit Dodolit Dodolibret  (selanjutnya ditulis  Dodolit ) karya Dr. Seno Gumira Ajidarma ditampilkan, yang terbaca oleh saya ’kisah Guru Kiplik yang mengajari penduduk sebuah pulau terpencil cara berdoa yang benar. Usai mengajar guru itu pergi dari pulau. Penduduk yang merasa belum bisa memahami cara berdoa yang benar, mengejar perahu sang guru dengan cara berlari di atas air.’ Kira-kira seperti itulah sinopsis yang tersaji di layar. Dari informasi sesingkat itu -- selain saya juga belum membaca versi lengkap  Dodolit  – pikiran saya secara spontan teringat nama seorang penulis Rusi

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI