Kaidah
Diet Ketat
Kau
diusir oleh perjamuan ini
sebab
harus kau tetak segera
raksasa
bersarang dalam
rimba
raya diri.
Adab
ini bakal menghalaumu
dari
semua kenikmatan.
Yang
di depanmu andaikanlah
hampa
belaka.
Sebab
bila kau kalah
oleh
lipuran pandang,
anasir
suram menyerang
diam-diam
merambah tubuh,
merambani
peraluranmu,
mengunci
liku lenggak gerikmu.
Bukankah
perutmu disawang
kian
membubung, melambung.
Bukankah
kau pantang terpikat
gelagat
loba yang tak puas
meski
gunung membentang
telah
tertelan.
Tenangkan
nafsumu.
Ikat
hasrat menggelegakmu.
Tekan
simpul-simpul laparmu.
Susu
murni biar umpama nanah
yang
jijik di kerongkongan.
Pun
aroma rempah menguar dari
gulai
dan kari tak lebih kebohongan
di
meja makan.
(2019)
Kantuk
Aku
datang dengan sopan.
Kau
jangan berlalu dari
gelanggang
berirama ini.
Sudah
kutata kursi, televisi.
Kurapikan
perabot. Tergelar
selimut
panjang sepanjang
ranjang.
Maka sandarkan
puisimu,
kendurkan urat
kencang
kata-katamu.
Aku
pula maujud rayuan
yang
menggerakkan kelopak
matamu
biar renang ke seberang.
Melintasi
palung dangkal ini.
Kian
kusedapkan hawa dingin
dengan
secangkir susu paling
suam.
Pulang segera dari segala
jaga.
Simpan ia rapat-rapat
di
lemarimu. Bukankah sebidang
kasur
adalah haribaan paling setia
menyandingmu
menyaksikan
gulita
langit malam ini dalam
mimpi.
Sebab ia yang paling tak
kau
tunggu, paling kau hindarkan
dari
gelanggang tanpa aran, akan
bijak
menyelinap dan memindah
segala
di ruang tamu tanpa
menguar
kidung gaduh.
(2019)
Pemirsa blog saia yang budiman, setelah empat tahunan lebih saya tidak memutakhirkan blog saia ini, tibalah waktu bagi saia untuk mengaktifkan kembali blog ini. Sembari sambilan pula saya dan kawan-kawan di Kabe Gulbleg mempersiapkan sebuah project. Untuk awalan aktif ngeblog lagi, saia akan suguhkan beberapa puisi saia yang termuat pada medio 2019-2020-an. Berikut adalah dua puisi yang termuat pada zine pdf Matapuisi edisi Agustus 2020 yang digawangi oleh duet penyair Hasan Aspahani dan Dedy Tri Riyadi. Ada tujuh puisi yang tersiar di terbitan Matapuisi Agustus 2020 yang juga secara khusus mengulas almarhum Sapardi Djoko Damono. Ada pun versi lengkapnya, kawan-kawan bolehlah berlangganan Matapuisi dengan menghubungi Bang Hasan Aspahani atau Mas Dedy Tri Riyadi. Terima kasih.
Komentar