Penunggu Pancang
terima kasih
sudah kau memarkan
tubuh kami
jejarum lancipmu
melebihi bilah pedang Persia
yang berulang
menghunus tubuh kami
tapi sungguh
kami tak kunjung mati
sebab kau bukakan lagi
pintu bagi kami
menuju liang :
alamat para penggali
mencintai namamu
yang tak mampu
kami seru lagi
2011
Pencatat Hikayat
ia selalu kembali
serupa padri yang tak mati
segala bara dipindainya
untuk langit yang tak ia dapati
di kamar sempitnya
2011
Pengusung Hujan
sepasang tanduk
lebih tajam
melukai pipi malam
sepanjang tatapannya,
sebarisan semut
pendar
berpencar
dari liang tubuh
menangkap kemercik
yang diyakini
sebagai benih cinta
untuk musim tanam
yang akan datang
2011
Tiga Tilas Kuping
bunyi pertama :
sepasang kesabaran
yang bosan melintas
sebab telah renta ia
melebihi kerentaan daging bumi
yang tak kunjung ia retakkan
bunyi kedua :
sepasukan pengelana
yang tak ingin berpulang
ke ketinggian
sebab purna sudah ia menarik
segala macam kerinduan
yang dipanjatkan manusia
ia lelah mendengar doa
dan semua mantra
bunyi ketiga :
selembaran kitab langit
yang alpa diisi
sesudah semua bidadari
turun ke bumi
menjelma sehamparan biji
paling putih
sehamparan biji nan letih
nan kelak tak kekal-abadi
2010
Perihal Singkat Selepas Hujan
pelangi :
ia benih yang lama iri
sementara hujan sudah merampungkan
sarapannya pada cawan pecah ini
sorak katak :
pulang, pulanglah ia pada tepian telaga
seusai sepi mengepungnya hanya
dan sayap beningnya tanggal sempurna
mengemas payung :
terbang sudah ia
sesudah rindunya yang semenjana
ditetaskan awan paling tumpah
2010
Dody Kristianto, lahir di Surabaya, 3 April 1986. Lulus Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya. Giat di Komunitas Rabo Sore (KRS) serta memberdayakan Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI). Tinggal di Sidoarjo.
Komentar