Langsung ke konten utama

abstrak skripsi

ABSTRAK

Judul : Konflik Sosial Tokoh Sobrat dalam Naskah Drama Sobrat karya Arthur S. Nalan

Nama : Dody Kristianto

NRM : 042144030

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Bahasa dan Seni

Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya

Pembimbing : Drs. Mohamad Najid, M. Hum

Kata Kunci : konflik sosial, tokoh Sobrat

Konflik adalah salah satu unsur pembangun karya sastra. Dalam kerangka hubungan sosial, konflik adalah salah satu bagian pembangunnya. Naskah drama Sobrat juga mengandung konflik sebagai salah satu unsur pembangun karya sastra. Sobrat sebagai salah satu tokoh tentu berhadapan dengan konflik karena frekuensi kemunculan dan persinggungannya dengan tokoh lain. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan konflik sosial yang dialami oleh tokoh Sobrat, (2) mendeskripsikan penyebab konflik sosial yang dialami oleh tokoh Sobrat, (3) mendiskripsikan penyikapan tokoh Sobrat terhadap konflik sosial yang dialaminya.

Penelitian ini menggunakan perspektif sosiologi sastra karena sastra adalah refleksi kenyataan. Teori yang digunakan adalah teori konflik Marx. Teori Marx menekankan pada pertentangan antara kaum borjuis dan proletar. Marx berpendapat bahwa masyarakat kapitalis bertahan untuk mempertentangkan konflik dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah kaum borjuis yang menguasai sistem dan alat-alat produksi serta kelompok pekerja atau proletar yang semakin banyak dan bertambah miskin. Kedua kelompok inilah yang disebut sebagai bangunan atas dan bangunan bawah yang saling menentukan. Dalam naskah drama Sobrat, tokoh Sobrat berposisi sebagai proletar yang harus berhadapan dengan beberapa tokoh borjuis.

Pendekatan makrosastra digunakan dalam penelitian ini sebab penelitian ini berfokus pada konflik sosial yang dialami oleh tokoh Sobrat. Konflik disini dalam arti terjadi karena adanya interaksi antarindividu yang dialami oleh tokoh Sobrat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah (1) konflik yang dialami oleh tokoh Sobrat terjadi karena pertentangan kelas dan perbedaan kepentingan. Konflik karena pertentangan kelas terjadi antara Sobrat dengan Ngabihi, Dongson, Para mandor Bukit Kemilau serta Rasminah, sedangkan konflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan terjadi antara Sobrat dengan Awak kapal de Boulsit, Samolo dan Inang Honar. (2) konflik antara Sobrat dengan tokoh-tokoh lainnya secara umum didominasi oleh beberapa penyebab yaitu (a) kemiskinan, (b) perbedaan kepentingan dan (c) eksploitasi. Penyebab paling utama adalah perbedaan kepentingan, terutama bila Sobrat harus berhadapan dengan kaum penguasa. (3) beberapa sikap diambil Sobrat dalam menghadapi konflik yaitu (a) kompromi, (b) pasrah, (c) berkomplot, (d) bersikap curang, (e) melawan penindasan, (f) balas dendam, dan (g) pantang menyerah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Membaca Puisi

beberapa waktu lalu saya, entah beruntung atau untung, menjadi juri lomba baca puisi di beberapa tempat. yakni di kampus dan di departemen agama Sidoarjo. untungnya dari Depag saya mendapat honor juri (hehehe...) namun sangat disayangkan di kampus nihil. maksud saya nihil honor. apa boleh buat, saya harus menempatkannya sebagai nasionalisme. ternyata ada beberapa pokok yang harus saya garis bawahi. lomba baca puisi atawa deklamasi ternyata masih tetap diartikan sebagai parade teriak-teriak. mengapa? sungguh sebagian besar peserta edan dengan cara berteriak. ya mungkin mitos bahwa baca puisi harus diselingi dengan teriak itulah yang masih tertanam di sebagian pikiran peserta. lantas, bagaimana dengan peserta yang tidak bengok-bengok? bagus. katakanlah ada suatu penempatan situasi. kapan puisi harus dibaca keras dan pelan. sebagian peserta baca puisi abai dengan hal ini. selanjutnya ada pola yang sama yang saya perhatikan. bagaimana sebagian peserta selalu mengucapkan kata...puisi X...bu

DODOLIT DODOLTOLSTOY: Catatan Singkat Atas Cerpen Terbaik Kompas 2010

Oleh Akmal Nasery Basral* I/              SEPASANG pembawa acara pada  Malam Penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2011  yang berlangsung di Bentara Budaya Jakarta semalam (Senin, 27 Juni) membacakan profil para cerpenis yang karyanya terpilih masuk ke dalam antologi  Cerpen Pilihan Kompas 2010 . Sebuah layar besar memampangkan foto mereka dengan sinopsis cerpen masing-masing.             Saat  Dodolit Dodolit Dodolibret  (selanjutnya ditulis  Dodolit ) karya Dr. Seno Gumira Ajidarma ditampilkan, yang terbaca oleh saya ’kisah Guru Kiplik yang mengajari penduduk sebuah pulau terpencil cara berdoa yang benar. Usai mengajar guru itu pergi dari pulau. Penduduk yang merasa belum bisa memahami cara berdoa yang benar, mengejar perahu sang guru dengan cara berlari di atas air.’ Kira-kira seperti itulah sinopsis yang tersaji di layar. Dari informasi sesingkat itu -- selain saya juga belum membaca versi lengkap  Dodolit  – pikiran saya secara spontan teringat nama seorang penulis Rusi

Puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany (puisi lama)

MISA SEPANJANG HARI setelah letih merentang perjalanan, kita sampai di perempatan sejarah. menghitung masasilam dan merekareka masadatang. segala yang telah kita lakukan sebagai dosa, berhimpithimpitan dalam album. berebut di antara mazmurmazmur dan doa. dan kita pun belum putuskan perjalanan atau kembali pulang. katakata gugur jadi rintihan. percakapan berdesis dalam isakan. keringat anyir dan darah bersatu menawar dahagamu yang terlampau kental. engkau imani taubatku yang mengering di antara dengkur dan igauan. tubuh beku di antara altaraltar dan bangkupanjang. di antara mazmur dan suara anggur dituangkan. di seberang mimpi, pancuran dan sungai mati dengan sendirinya. tibatiba kaupadamkan cahaya itu. ruang ini gelap. aku raba dan kucaricari tongkat si buta. kutemukan cahaya dalam fikiranku sendiri. pejalan beriringan di antara gang dan musim yang tersesat. kunyalakan cahaya dalam hatiku. biarlah jika akhirnya membakar seluruh ayat dan syair yang lupa kukemasi. 1992 IBADAH SEPAROH USI