Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2011

Air Matamu, Air Mataku, Air Mata Kita

Cerpen Ayi Jufridar Ketika kamu bercerita tentang apa yang dilakukan lelaki tua itu terhadapmu, kita menangis bersama dalam sebuah kamar bermandikan cahaya. Hujan di luar telah mengembunkan kaca jendela sehingga membuatku ingin menggoreskan namaku dan namamu di permukaannya. Cahaya lampu kendaraan bergerak buram di bawah sana. Dari gerak cahaya yang lamban dan kadang berhenti, aku tahu kemacetan sedang terjadi. Hujan selalu menimbulkan kemacetan, tetapi air mata kita telah melegakan rongga dada. Dadaku dan dadamu. Dada kita tak jauh beda. Lelaki itu kamu panggil Ayah John karena perbedaan usia membuatmu lebih sesuai menjadi anaknya. Dia adalah atasanmu di sebuah perusahaan farmasi. Dia memperlakukanmu seperti anak, meskipun sudah memiliki empat anak perempuan di rumahnya. Dia memanjakanmu dengan semua kelebihan yang dimilikinya. Menyewakan sebuah rumah buatmu dengan seorang pembantu dan seorang sopir, tapi dia selalu menjemputmu dari rumah ke kantor dan mengantarmu dari kantor

SASTRA MAJALAH: KARYA FIKSI DI MAJALAH RIWAYATMU DOELOE

SESUNGGUHNYA fenomena majalah yang secara khusus memuat karya fiksi, baik cerpen atau novel (cerita bersambung) bukan barang baru dalam dunia penerbitan pers Indonesia. Ketika membahas penerbitan majalah-majalah dan suratkabar pada permulaan tahun 1900-an, Sejarawan Marwati Djoened Poesponegoro, dan Nugroho Notosusanto mengakui bahwa para penulis zaman itu sudah menggunakan bentuk prosa dan puisi sebagai cara untuk menyatakan pikiran para penulisnya. Pada tahun 1930-an, terutama pada tahun 1950-an kita sudah banyak menemukan cerita-cerita fiksi, khususnya cerpen, dalam penerbitan majalah di tanah air. Bahkan, peranan majalah-majalah itu sangat berarti dalam mengangkat cerpen sekaligus mempopulerkan nama para pengarangnya pada waktu itu. Maman S Mahayana menulis dalam sebuah artikelnya tentang peranan media massa dalam mengangkat cerpen: “Selepas merdeka, terutama pada dasawarsa tahun 1950-an, cerpen Indonesia seperti mengalami booming . Sejumlah majalah seperti Kisah

Telah Terbit Jurnal Amper Edisi 01

Jurnal Puisi amper size:11.0pt;">Pemimpin Redaksi : Alek Subairi Redaktur Pelaksana : A m uttaqin Dewan Redaksi : Mardi Luhung, Timur Budi Raja, M Fauzi Redaksi : s alamet Wahedi, Umar Fauzi Ballah, Dody Kristianto, Choirul Wadud Redaktur Senior : KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Akhudiat Publikasi : Tzalis Abdul Azis, Ashif Hasanuddin Sekretaris : Putri Mayasari ISBN : 978 6028567053 Penerbit : amper media Penata Letak : Alek Subairi Desain Sampul : A Muttaqin Gambar Sampul : “Lelaki Bersayap” karya Harsono Sapuan Alamat Redaksi : Babatan III-D, No. 2D. Wiyung, Surabaya Telp: 085648817032 E-mail: amperpuisi@yahoo.com Cetakan Pertama: Mei, 2011 Redaksi menerima kir

LMCR ke 6 Tahun 2011 : Lomba Menulis Fiksi Paling Bergengsi

Lomba Menulis Fiksi Paling Bergengsi LMCR KEMBALI MENGUNDANG ANDA UNTUK BERPRESTASI Raih Hadiah Total Rp 95 Juta Syarat-Syarat Lomba Lomba ini terbuka untuk pelajar SLTP (Kategori A), SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C) dari seluruh Indonesia atau mereka yang sedang studi/bertugas di luar negeri Lomba dibuka 21 April 2011 dan ditutup 21 September 2011 (stempel pos) Tema Cerita: Dunia remaja dan segala aspek serta aneka rona kehidupannya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, kekecewaan, harapan, kegagalan, cita-cita, persahabatan, pengalaman unik, petulangan maupun perjuangan hidup) Judul bebas, tetapi mengacu pada tema Butir 3 Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul. Judul boleh menggunakan bahasa asing Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar dan indah (literer). Bahasa daerah, bahasa prokem, bahasa gaul dan bahasa asing boleh digunakan untuk dialog (bukan narasi)

Perempuan yang Tergila-gila pada Idenya

Cerpen Ni Komang Ariani Inilah saatnya aku menyesal telah menikahi perempuan yang tergila-gila pada idenya. Tidak cukupkah ia menjadi perempuan biasa saja, seperti aku suaminya yang merasa cukup hidup sebagai orang biasa. Seharusnya aku tahu perempuan ini akan memilih cara kematian yang indah untuk dirinya sendiri. Adrenalinku berpacu cepat. Jantungku berdetak dengan irama tak beraturan. Istriku berbaring dengan tubuh kisutnya di ranjang dan aku telah menua sepuluh tahun dalam waktu sebulan. Uban bermunculan di rambutku seperti jamur di musim hujan. Mereka tumbuh dengan kecepatan yang tidak dapat kuramalkan lagi. Mungkin warna putih itu segera akan menjajah kepalaku. Aku sungguh tidak peduli. Saat ini, aku sudah terlampau marah. Panasnya mendidihkan semua cairan di tubuhku. Aku sangat marah. Aku marah kepada perawat yang begitu bego menerjemahkan perintah dokter, marah pada dokter yang begitu bego mengartikan gejala-gejala penyakit pada tubuh istriku, marah pada rumah sa

RATUSAN PENYAIR SIAP IKUTI PPN V PALEMBANG

Palembang, 15/5 (ANTARA) - Sebanyak 151 penyair nasional dan beberapa negara Asia Tenggara siap mengikuti Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) V di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) yang akan digelar 17-20 Juli mendatang. Para penyair itu berhasil lolos seleksi atas karya mereka oleh para editor (Ahmadun Yosi Herfanda, Anwar Putra Bayu, dan Isbedy Stiawan ZS) dari sebanyak 215 penyair yang masuk ke panitia PPN V, di Palembang, Minggu. Menurut Anwar Putra Bayu, penyair asal Sumsel sekaligus mewakili editor, rapat editor pada hari Minggu ini sejak pukul 09.00 hingga 16.00 WIB telah bekerja keras menyeleksi sekitar 650 puisi dari 215 penyair dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand. "Tim editor sudah bekerja maksimal, sehingga buku yang akan diterbitkan dalam acara itu juga bakal tebal," ujar Anwar Putra Bayu yang juga Pengurus Dewan Kesenian Sumsel itu lagi. Bayu yang juga Sekretaris panitia PPN V itu menambahkan, buk

150 Penyair Asia Tenggara Kumpul di Palembang

PALEMBANG, Sumselterkini.com: Sekitar 150 penyair dari negara Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand akan berkumpul di Palembang dalam sebuah acara Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) V yang berlangsung 17 – 20 Juli 2011. Anwar Putra Bayu Sekretaris Panitia PPN V bersama dua penyair senior Ahmadun Yosi Herfanda dan Isbedy Stiawan kepada pers, Senin (16/5) menjelaskan, “PPN V selain mengundang para penyair dan sastrawan dari beberapa daerah di Indonesia juga mengundang penyair dari negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand.” Tim editor sekaligus panitia seleksi, Ahmadun Yosi Herfanda dan Isbedy Stiawan sudah berada di Palembang sejak akhir pekan. “Ada sebanyak 650 puisi dari 215 penyair yang berasal dari seluruh Indonesia dan negara Asia Tenggara yang masuk ke panitia. Setelah kami seleksi, tim editor memilih sekitar 300 puisi dari 151 penyair yang karyanya akan diterbitkan dalam sebuah buku antologi pusi yang berjudu

Ikan Kaleng

Cerpen Eko Triono /1/ Sam tiga hari di Jayapura; dia guru ikatan dinas dari Jawa. Dan tak mengira, saat pembukaan penerimaan siswa baru buat SD Batu Tua 1 yang terletak sejurus aspal hitam dengan taksi (sebenarnya minibus), ada yang menggelikan sekaligus, mungkin, menyadarkannya diam-diam. Ia tersenyum mengingat ini. Ketika seorang lelaki bertubuh besar, dengan tubuh legam dan rambut bergelung seperti ujung-ujung pakis lembut teratur menenteng dua anak lelakinya, sambil bertanya, “Ko pu ilmu buat ajar torang (kami) pu anak pandai melaut? Torang trada pu waktu. Ini anak lagi semua nakal. Sa pusing” Sam memahami penggal dua penggal. Dia, seperti yang diajarkan saat micro teaching , mulai mengulai senyum lalu berkata, “Bapak yang baik, kurikulum untuk pendidikan dasar itu keterampilan dasar, matematika, bahasa indonesia, olahraga dan beberapa kerajinan..” “Ah, omong ko sama dengan dong (dia) di bukit atas! Ayo pulang!” Kaget. Sam tersentak, belum lagi dia selesai. Dan ini

Puisi-puisi Dody Kristianto di Lampung Post, 8 Mei 2011

nah, ini, saya gerojok lagi dengan puisi-puisi saya. kali ini ada yang muat pada harian Lampung Post. beberapa, jika diperhatikan beberapa judul adalah versi remake dari puisi yang muat pada Majalah Kidung. monggo dinikmati Penunggu Pancang terima kasih sudah kau memarkan tubuh kami jejarum lancipmu melebihi bilah pedang Persia yang berulang menghunus tubuh kami tapi sungguh kami tak kunjung mati sebab kau bukakan lagi pintu bagi kami menuju liang : alamat para penggali mencintai namamu yang tak mampu kami seru lagi 2011 Pencatat Hikayat ia selalu kembali serupa padri yang tak mati segala bara dipindainya untuk langit yang tak ia dapati di kamar sempitnya 2011 Pengusung Hujan sepasang tanduk lebih tajam melukai pipi malam sepanjang tatapannya, sebarisan semut pendar berpencar dari liang tubuh menangkap kemercik yang diyakini sebagai benih cinta untuk musim tanam yang akan datang 2011 Tiga Tilas Kuping bunyi pertama : sepasang kesabaran yang bosan melintas sebab telah renta ia

Puisi-puisi Dody Kristianto pada Majalah Kidung edisi 20

para pirsawan yang saya muliaken daripada blog super gak jelas ini, setelah hampir dua mingguan blog ini ngadat, tak update, sepi, tak ada materi dikarenakan komputer jinjing yang selalu saya andalken sebagai alat untuk ngupdate ini ngadat, maka pada kesempatan, malam yang agak-agak mendung ini, saya akan menyiarken puisi-puisi saya yang muat pada Majalah Kidung edisi 20. tanpa banyak cingcong, bacot, dan ba-bi-bu, mari kita nikmati keenam puisi saya ini! Bangkai Hujan maka kembali, kembalilah ia pada asal mula tempat segala baka memohon pada sang habbah kembalilah ia serupa pemburu buta yang tak butuh arah tak minta jumpa dengan segala yang tak sengaja ia tatap dan ia rasa sungguh, ia kembali, dari rumah mahatinggi dari pantun mau mati dari sayap nan tanggal di punggungnya paling perih 2010 Ekor Hujan mungkin ia yang tersisa sebelum lampu malam menghapusnya di sela genting rumah yang masih dipeluk basah 2010 Kuping Hujan

Bendera

Cerpen Sitok Srengenge Meski sedang liburan di rumah neneknya di Desa Bangunjiwa, Amir tetap bangun pagi. Sudah menjadi kebiasaan setiap hari. Kalau sedang tidak libur, Amir bangun pagi untuk bersiap ke sekolah. Amir selalu ingat nasehat Nenek, ”Orang yang rajin bangun pagi akan lebih mudah mendapat rezeki.” Di mata Amir, Nenek adalah sosok perempuan tua yang bijak dan pintar. Amir tak tahu apa makna nasehat Nenek itu, tapi ia merasa ada benarnya. Bangun pagi membuatnya tidak terlambat tiba di sekolah dan tidak ketinggalan pelajaran. Selain itu, bangun pagi sungguh menyenangkan. Hanya pada waktu pagi kita bisa menikmati suasana alam yang paling nyaman. Cahaya matahari masih hangat, udara masih bersih, tumbuhan pun tampak segar, seolah semua lebih bugar setelah bangun tidur. Pagi itu Amir mendapati Nenek duduk sendirian di beranda depan. Rupanya, Nenek sedang menyulam bendera. Amir menyapa dan bertanya, ”Selamat pagi, Nek. Benderanya kenapa?” ”Oh, cucuku yang ganteng suda

Belati dan Hati

Cerpen Chairil Gibran Ramadhan Aku mendatangimu dengan dua malaikat di kedua sisiku. Malaikat di sebelah kananku, semenjak hari kelahiranku, hanya mengharapkan aku melakukan kebaikan, lalu menuliskan semua kebaikan itu di dalam jutaan lembar kulit kambing berbungkus kain sutra putih yang selalu didekapnya, dan kulit-kulit itulah yang nanti akan ia bangga-banggakan kepada penciptanya. Malaikat di sebelah kiriku, hingga hari kematianku, tidak pernah mengharapkan aku melakukan kejahatan, meski yang ia lakukan hanya menuliskan kejahatan-kejahatan yang kulakukan di dalam jutaan lembar kulit kambing berbungkus kain lusuh hitam yang selalu didekapnya, dan kulit-kulit itulah nanti yang akan ia perlihatkan kepada penciptanya. Bajuku tebal berwarna lumut namun terlalu banyak lumut yang menutupinya, panjang menyentuh bumi dan menutupi jari-jari tanganku. Rambutku panjang melebihi punggung dan tidak pernah kucuci dengan batang-batang padi kering maka sering membuat kepalaku gatal-ga

Nenek

Cerpen Lie Charlie Nenekku merokok! Inilah yang membedakannya dengan karakter nenek lain yang umumnya lemah lembut dan imut-imut; salah satunya. Ia juga garang, pemarah, dan suka cakap kotor! Bila kesal ia menyebut-nyebut alat kelamin pria dan wanita. Orang yang pertama kali mendengar nenek menggerutu pasti kaget bukan alang kepalang. Namanya saja nenek, jadi, ia memang sudah tua sehingga semua orang tampaknya memaklumi segala ulahnya yang menyimpang. Kalau menasihati orang, nenek selalu terus terang. ”Malas kau! Mana ada laki yang mau sama kau? Bisanya cuma duduk-duduk mengangkang dan berdandan. Sana cuci piring, cuci pakaian, masak, atau beres-beres! Jadi perempuan jangan sampai harus disuruh-suruh. Malu.” Saudara sepupu jauhku langsung merah matanya dan tersengal-sengal napasnya diomeli begitu. Aku melihat nenek sendiri tidak mengerjakan apa-apa. Sepanjang hari ia cuma duduk-duduk di kursi-baringnya yang terbuat dari kayu dan kain terpal. Ya, duduk-duduk sambil berki