Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2011

Polemik Puisi "Plagiat" Taufiq Ismail Berakhir

Jakarta (ANTARA News) - Polemik karya sastra yang ramai digunjingkan di jejaring sosial Facebook tentang puisi berjudul Kerendahan Hati akhirnya berakhir. Penyair kondang Taufiq Ismail dituding melakukan plagiarisme oleh seniman Bramantyo Prijosusilo. Keduanya telah saling meminta maaf. "Saya melakukan suatu kesalahan, saya akui, dan saya mohon maaf kepada pak Taufiq dan Masyarakat Sastra Indonesia," kata Bramantyo Prijosusilo pada acara silahturahmi sastra yang digelar di Fadli Zon Library Jakarta, Kamis (14/4) Menurut Bram dalam pendidikan sastra yang diperolehnya di bengkel sastra WS Rendra ia diajarkan untuk tidak menekankan yang salah dan tidak memiliki unsur kebencian. "Itu karena kekesalan saya karena waktu Martin Aleida membuat tulisan tentang pak Taufiq yang membuat sms yang tak santun dimuat di berbagai media dan di sebuah website sastra, dan menyinggung agenda Lekra yang diadakan di PDS (Pusat Dokumentasi Sastra) HB Yasin." katanya Dalam ke

ALAMAT MEDIA YANG MENERIMA CERPEN

oleh Kunthi Hastorini Ayooo yang suka nulis cerpen, ini ada tantangan euy! Kirim ya! Kalo nggak ada email, biasanya kirim pos langsung tuh:) 1. Tabloid Gaul Jln. Kedoya Duri raya No.36 Kebon Jeruk Jakarta 11520 2. Majalah Story (Majalah Khusus cerpen) E-mail : story_magazine@yahoo.com 3. Majalah Teens Jln. Guru Mughni No.2 Karet Kuningan Jakarta Selatan 12940 4. Majalah Kartika (Majalah Wanita Dewasa) Jln. Garuda 82-C Kemayoran Jakarta 10620 e-mail : majalahkartika@yahoo.com 5. Majalah Says! ( Majalah Khusus cerpen) Jln. Alaydrus 45 Jakarta e-mail ; redaksi@majalahsay.com 6. Majalah Gadis Jln. HR. Rasuna said Kavling B 32-33 Jakarta 12910 e-mail: Redaksi.GADIS@feminagroup.com 7. Majalah Chic e-mail : Chic@gramedia-majalah.com chicstory@gramedia-majalah.com 8. Majalah kawanku e-mail : fiksi-kawanku@gramedia-majalah.com cerpenkawanku@gmail.com 9. Tabloid Nova nova@gramedia-majalah.com 10. Majalah Sekar e-mail ; Sekar@gramedia-majalah.com 11. Majalah Hai (Majalah cowok/cerpennya yg co

Orang-orang Larenjang

Cerpen : Damhuri Muhammad 1 Dari pagi ke pagi, mulut-mulut itu, satu demi satu, bagai beralih-rupa menjadi toa. Bila toa di surau mengumandangkan azan, maka toa-toa segala rupa yang terpancang seperti antena itu begitu kemaruk memancar-luaskan gunjing, asung, dan pitanah, bahkan sekali-dua melepas umpat dan makian. Gema suara mereka bagai gendang irama gambus di musim helat, begitu semarak, begitu menyentak. Ah, betapa lekas, betapa gegas, gunjing itu tersiar, bahkan jauh sebelum pantang dan larang kami langgar. Toa-toa itu bagai beranak-pinak, sambung-menyambung, balik-bertimbal, berteriak di pangkal kuping kami. Perihal beban berat yang bakal ditimpakan di pundak kami, tentang utang yang selekasnya mesti kami lunasi. Diselang-selingi pula dengan peringatan yang kadang terdengar serupa ancaman: ”siapa melompat siapa jatuh.” Sekali lagi, jauh sebelum pantang dan larang yang disebut-sebut itu kami terabasi. Seolah-olah kami telah lengah menimbang dan menakar, bahwa bila ”h

Sastra Penuh Siasat yang Licik

Reporter : Ribut Wijoto Sastra adalah dunia artistik, dunia keindahan, ataupun dunia estetika. Tetapi, dalam realitasnya, dunia ini digelibati beragam ketidakindahan dari para pelakunya. Ada intrik kejam dalam sastra. Demikian salah satu pernyataan yang disampaikan Slamet Wahedi saat mengisi acara Orasi Satu Tujuan di Perpustakaan Dbuku Bibliopolis, Royal Plaza, Surabaya, Minggu (17/4/2011). "Dalam bulan April ini, kami mengambil tonggak Hari Sastra Nasional, 28 April. Nah, kami menampilkan sastrawan muda asal Madura, Slamet Wahedi," kata penggagas Dbuku, Diana Av Sasa. Sementara itu, dalam orasinya, Slamet mengaku mendapat dasar-dasar kesastraan dari tradisi pesantren di Madura. Saat itu, dia punya anggapan, sastra adalah sebuah dunia yang nyaman dan penuh keindahan. Sayangnya, ketika berkuliah di Surabaya (dia kuliah di Unesa), Slamet merasakan sesuatu yang cukup menyesakkan. "Saya melihat ternyata dunia sastra penuh intrik dan politik. Dunia sastra penu

Kalap

Akhmad Fatoni Jurnal Jombangana, Nov 2010 Konon katanya, menurut cerita yang saya dengar sejak kecil. Kalap itu sejenis makhluk halus yang tinggal di air. Entah di sungai, di laut atau pun di danau. Bisa juga disebut sebagai makhluk halus yang menunggu tempat itu. Sehingga tempat itu dikeramatkan, bila berada di tempat itu harus berhati-hati dan tidak boleh berucap kotor. Bila tidak, maka akan hilang dan tak kembali. Konon orang hilang yang terkena Kalap itu sudah mati. Versi yang lain lagi bahwa orang yang hilang itu dijadikan abdi di alam lain, alam di mana Kalap itu tinggal. Versi lain lagi, bila kembali itu pun hanya bajunya saja, tetapi orangnya hilang. Cerita Kalap terus turun-temurun dan dipercayai sebagai mitos di kampung saya. Ternyata setelah saya mencari tahu, mitos itu tidak hanya dipercaya di kampung saya saja, di kampung-kampung tetangga juga mempunyai tempat yang dijaga Kalap. Jadi ada beberapa tempat yang memang dipercayai ada Kalapnya. Di kampung saya, K

Langit makin Mendung

Cerpen Ki Panji Kusmin Lama-lama mereka bosan juga dengan status pensiunan nabi di sorga loka. Petisi dibikin, mohon (dan bukan menuntut) agar pensiunan-pensiunan diberi cuti bergilir turba ke bumi, yang konon makin ramai saja. "Refreshing sangat perlu. Kebahagiaan berlebihan justru siksaan bagi manusia yang bisa berjuang. Kami bukan malaikat atau burung perkutut. Bibir-bibir kami sudah pegal dan kejang memuji kebesaranMu; beratus tahun tanpa henti." Membaca petisi para nabi, Tuhan terpaksa menggeleng-gelengkan kepala. Tak habis pikir pada ketidakpuasan di benak manusia….Dipanggil penanda-tangan pertama: Muhammad dari Madinah, Arabia. Orang bumi biasa memanggilnya Muhammad S.A.W. "Daulat, ya Tuhan." "Apalagi yang kurang di sorgaku ini? Bidadari jelita berjuta, sungai susu, danau madu. Buah apel emas, pohon limau perak. Kijang-kijang platina, burung-burung berbulu intan baiduri. Semua adalah milikmu bersama, sama rasa sama rata!" "Sesunggu

KISAH MAJALAH "KISAH" DAN "LANGIT MAKIN MENDUNG"*)

Majalah Kisah (Koleksi K Atmodjo) PADA tahun 1967, HB Jassin yang waktu itu sudah menjadi redaktur Horison, kembali menerbitkan Sastra. Dengan demikian di Indonesia, selain Horison saat itu beredar dua majalah sastra sekaligus. Sastra gaya baru ini terbit bulanan dan menamakan diri sebagai "bimbingan pengertian dan apresiasi". HB Jassin menjadi pemimpin redaksinya sedang orang bernama Darsyaf Rachman menjadi pemimpin umumnya. Penerbit majalah itu, PT Mitra Indonesia. Adapun kantor redaksinya berlokasi di Jalan Kramat Sentiong Jakarta. Seperti galibnya majalah Sastra gaya lama , majalah Sastra gaya baru ini pun setiap terbit menampilkan sejumlah cerita pendek, puisi dan esei. Namun dalam perkembangannya, nasib majalah ini tak terlampau bagus. Pada tahun 1969, Sastra berhenti terbit, menyusul perkara yang menimpa HB Jassin. Pasalnya, dalam edisi Agustus 1968, majalah itu telah memuat cerita pendek berjudul "Langit Makin Mendung" karya Ki Panji Kusmin[1] ya

RIWAYAT TERBITNYA MAJALAH HORISON *)

GAGALNYA Gerakan 30 September PKI yang terkenal dengan julukan G-30-S/ PKI, pada tahun 1965, menghancurkan cita-cita dan ambisi Lekra. Setelah melalui keadaan politik yang tak menentu, dan serangkaian demonstrasi KAMI/ KAPPI, pada tanggal 12 Maret 1966—sehari setelah menerima pelimpahan wewenang dari Presiden Soekarno— Letjen Soeharto membubarkan PKI beserta segala ormas-ormasnya. Dengan Surat Perintah yang dikenal sebagai Super Semar itu, Soeharto juga menyatakan PKI sebagai partai terlarang di seluruh Indonesia. Praktis, sejak itu era kepemimpinan Soekarno berakhir. Dengan demikian lahirlah Orde Baru. Di tengah menyongsong datangnya zaman yang menjanjikan zaman budaya baru itu, menjadi wajar, jika berbagai gagasan untuk menerbitkan majalah yang mampu mengekspresikan kemerdekaan berpikir dan berbicara itu datang berbaur-baur.[1] Gagasan-gagasan itu datang bersamaan dengan mulai timbulnya aksi-aksi Tritura demonstrasi mahasiswa sekitar tanggal 10 Januari hingga 11 Maret 1