Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2008

Esai Apologi Kupu-kupu : Ririe Rengganis, M.Hum.

“Mencari Identitas” melalui Tanda Oleh: Ririe Rengganis, M.Hum. Karya sastra, terutama puisi cenderung menggunakan bahasa yang sarat dengan penggunaan tanda. Dan, untuk memahami tanda-tanda yang ada dalam puisi itu pembaca harus memiliki kompetensi sastra. Kompetensi sastra ini diperlukan untuk memahami ketidakgramatikalan puisi, di mana puisi tidak memiliki ciri-ciri linguistik (Riffaterre). Kompetensi sastra yang harus dimiliki oleh pembaca/ penikmat puisi juga harus disesuaikan dengan konvensi genre yang digunakan untuk menulis karya sastra. Konvensi puisi akan berbeda dengan konvensi prosa. Dengan bekal pemahaman terhadap kompetensi sastra dan konvensi genre sastra tersebut, penikmat puisi (seperti saya) mencoba memahami tanda-tanda yang hadir dalam “mini” antologi puisi ini; yang ditulis oleh Fauzi, Arfan, Dody, dan Guntur. Fauzi, Arfan, Dody, dan Guntur adalah sekelompok orang muda yang sedang dalam masa “mencari identitas”. Identitas merupakan sesuatu yang absurd; mudah berubah

Gulita

cerpen: Eko Darmoko Seratus tahun adalah waktu yang lama untuk sebuah penantian. Pada tahun 1900 sebuah koran terbitan Nederlandsch Indie telah mengabarkan tentang gejalah alam yang aneh. Yakni suatu saat nanti bumi akan dihimpit oleh tiga matahari yang datang dari galaksi lain. Jadi kelak bumi akan mempunyai empat matahari. Dan dapat dipastikan temperatur bumi akan sangat panas, selain itu yang lebih parah lagi adalah bahwa di bumi tidak akan terjadi malam, yang hadir hanya siang saja. Rotasi bumi pada porosnya tidak akan mempengaruhi terjadinya siang dan malam. Yang lebih seram lagi, keempat matahari itu akan berbalik melakukan revolusi terhadap bumi. Menjadikan bumi sebagai pusat tata surya. Berita ini ditulis oleh pemuda pribumi, namanya Sutole, seorang ahli mistik dan astronomi. Pada saat itu namanya masih belum banyak dikenal oleh khalayak umum. Nama Sutole berada dalam bayang-bayang nama besar Edward Douwes Dekker alias Multatuli, Herman Wil

Lelaki yang Kehilangan Senja

Cerpen  Dody Kristianto* Denyut kota tiba-tiba mendadak hitam. Kota berubah dengan alir mati mengikut alur dari cerita seorang pengarang yang memotong senja. Ya, semenjak senja dipotongnya, tanganku tak lagi mampu membedakan mana kanan dan kiri. Mataku sering kali ketakutan, mengintip mataku sendiri. Serta bayanganku, yang acapkali terlepas kabur diburu oleh jejak kegelapan. Aneh, bukankh bayang-byangku sendiri adalah representasi dari kegelapan? Tapi tidak demkian dengan sebuah keluarga. Atau lebih tepat tetangga berselisih dua rumah dari rumahku. Mereka begitu hidup. Kehidupan mereka begitu malam. Pernah suatu ketika aku melihat mereka sekeluarga berami-ramai mencopot otak mereka. Hii... . tapi itu dua bulan lalu ketika aku kali pertama tiba di kota ini, untuk mengikuti hilangnya senja yang dipotong oleh seorang pengarang. Ah, pengarang yang iseng, apa yang ada dalam pikirannya? Aku tak tahu. Mungkin juga sama dengan pikiranku yang anehnya juga ingin memotong

Ketidakberdayaan Dalam Puisi Joko Pinurbo "Bayi di Dalam Kulkas"

(Kajian Semiotika) Oleh Dody Kristianto Pengantar Karya Sastra (KS) adalah sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan bahasa sebagai medium (Pradopo, 1987:121). Bahasa sebagai medium tentu sudah merupakan satu sistem tanda. Untuk menguraikan sistem tanda tersebut diperlukan satu disiplin ilmu yang mengulas tentang tanda. Sistem tanda disebut semiotik. Sedangkan cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda disebut semiotika (Zoest, 1993:1). Puisi adalah salah satu genre KS. Dunia perpuisian di Indonesia dewasa ini mengalami kemajuan yang cukup pesat. Baik dari segi bahasa maupun dari segi bentuknya. Bahkan puisi Chairil Anwar yang menjadi fenomena pada masanya, kini sudah terasa sebagai puisi yang biasa saja. Dari segi bentuk, bentuk lama yang terikat seperti syair, pantun, gurindam telah berkembang pesat menjadi bentuk kontemporer, bahkan nirbentuk. Begitu juga dengan tema yan